Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB I Putu Gede Ariyadi |
MATARAM- Hingga Saat ini kondisi perusahaan di NTB masih terpuruk. Bahkan 50 persen perusahaan terpaksa tutup lantaran tidak ada lagi pergerakan. Akibatnya terdampak pada sejumlah tenaga kerja (Naker) harus dirumahkan sebanyak 3114 dan kena Pemutus Hubungan Kerja (PHK) 598 pekerja sampai dengan 2020.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakaner) provinsi NTB I Gede Putu Aryadi, mengatakan untuk Naker yang di PHK tidak terlalu banyak. Tetapi lebih banyak pengurangan jam/waktu kerja sebanyak 541 perkerja. Di mana perusahaan memilih menerapkan pola kerja sistem shift, misalnya dalam 1 bulan bekerja selama 2 minggu.
“Sebagian dari pekerja yang dirumahkan dilakukan up skill dan sebagian sudah berhasil membangun usaha mandiri,” kata I Gede Putu Aryadi, Senin (7/6/2021)
Berdasarkan data Disnakertrans provinsi NTB untuk pekerja yang terdampak pandemi covid-19 sampao 2020 sebanyak 4253 pekerja. Baik di PHK 598 pekerja, dirumahkan 3114 pekerja dan pengurangan jam kerja 541 pekerja.
“Pekerja yang banyak dirumahkan ada di Kota Mataram sebanyak 1266 pekerja, PHK 324 pekerja dan tidak ada pengurangan jam kerja. Kabupaten Bima paling sedikit hanya 12 orang dirumahkan, tidak ada di PHK dan pengurangan jam kerja,” terangnya.
Selain kota Mataram, Sumbawa Barat banyak pekerja dirumahkan yakni 1084 orang dan yang terkena PHK 173 orang. untuk di Lombok Barat hanya 95 orang dirumahkan tidak ada PHK maupun pengurangan jam kerja. Kemudian di Lombok Utara PHK sebanyak 14 orang serta dirumahkan ada 237 orang. Ada juga di Sumbawa PHK 15 orang dan dirumahkan 79 orang.
“Sementara di Lombok Tengah banyak pekerja terdampak yakni 942 pekerja, dengan yang kena PHK 60 orang, dirumahkan 341 orang dan pengurangan jam kerja 541 orang,” jelasnya.
Tetapi dua wilayah di NTB yakni Dompu dan Kota Bima justru tidak ada pekerja terdampak pandemi covid-19. Baik terkena PHK, dirumahkan maupun pengurangan jam kerja.
Sementara itu, di sektro pariwisata banyak juga yang terdampak di mana hampir 50 persen hotel tutup khususnya di Lombok Tengah. Lantaran sepinya tamu-tamu yang datang, sehingga mereka terpaksa menutup sementara usahanya.
“50 persen tersebu adalah disektor pariwisata. Sedangkan di sektor lain, seperti peternakan, pertanian, UMKM tetap jalan,” imbuhnya.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) provinsi NTB Ni Ketut Wolini mengatakan, pengusaha sangat sulit untuk bertahan lebih lama ditengah hantaman pandemi covid-19 berkepanjangan. Lantaran untuk bisa tetap buka saja berat bagi mereka, untuk itu mereka memilih menutup sementara usahanya.
“Penutupan-penutupan usaha ini sudah ada 40-50 persen di NTB, karena walaupun mereka kelihatan buka tapi kan tidak ada pembeli itu sama dengan tutup,” katanya.