Lalu Ading Buntaran menunjukan produk turunan olahan sarang burung walet Ammar Sasambo Internasional di Kampung Walet Lombok, Desa Kateng, Lombok Tengah. |
MANDALIKAPOST.com - Berawal dari mimpi besar membawa komoditi asal Lombok, NTB terkenal sampai ke penjuru dunia, pengusaha asal Desa Kateng, Lalu Ading Buntaran berhasil "menyulap" kampung asalnya di Lombok Tengah, menjadi Kampung Walet.
Produksi sarang burung walet di Kampung Walet ini terkenal berkualitas baik, bahkan sudah menembus pasar ekspor ke sejumlah negara asia, seperti China, Thailand, Singapura, Korea, dan Malaysia.
Akses jalan menuju pusat Kampung Walet yang dikelola PT Ammar Sasambo Internasional, di Desa Kateng, Lombok Tengah sedikit sulit karena tengah dibenahi.
Namun saat tiba di lokasi Kampung Walet, semua berubah sumringah.
Dengan ramah Direktur Utama PT Ammar Sasambo Internasional, Lalu Ading Buntaran menyambut. Pria humble ini tengah menyiapkan pusat pencucian sarang walet. Beberapa pekerja nampak sibuk memasang kelengkapan di bangunan dua tingkat.
"Alhamdulillah sebentar lagi kita punya pusat pencucian sarang walet. Ini jadi salah satu yang terbaik di Indonesia," ujar Lalu Ading Buntaran, Jumat sore (9/7).
Saat ini produksi sarang burung walet di Kampung Walet Ammar Sasambo cukup besar. Selain memiliki budidaya burung walet, perusahaan juga mengikat mitra dengan sejumlah masyarakat pembudidaya di Lombok.
Dengan perkiraan 356 sarang walet, produksi tahunan bisa mencapai 7,12 Ton sarang burung walet, dengan rata-rata produksi 5 Kg/sarang yang dipanen setiap tiga bulan sekali.
"Kalau rata-rata nilai ekspor kita Rp35 juta per/Kg maka bisa menghasilkan sekitar Rp20 miliar perbulan. Pasar kita ke China, Thailand, Singapura, Korea, dan Malaysia," katanya.
Kini, Ammar Sasambo Internasional justru kewalahan memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.
Bahkan Bank Indonesia Perwakilan Provinsi NTB siap membantu mengembangkan bisnis sarang burung walet ini.
Berawal dari Menjelajah dan Eceran
Kesuksesan Ading membangun Kampung Walet Ammar Sasambo bukan dalam sekejab. Sejak 2008 silam, pria ramah senyum yang juga aktivis kepemudaan saat itu sudah menjelajah ke sejumlah negara di asia untuk memasarkan sarang burung walet Lombok.
"Ya dulu, ada satu kilo sampai lima kilo, saya bawa sendiri ke Malaysia, jual disana. Malah sempat juga sampai ke Afghanistan," kenangnya.
Cukup lama berkutat di dunia walet, jejaring Ading di luar negeri pun meningkat. Dan saat ini, pasar yang mencarinya.
Saat ini selain mengekspor sarang walet bahan baku jadi, Ammar Sasambo juga memproduksi produk olahan turunan sarang burung walet.
Pengembangan dan pemasarannya bekerjasama dengan Yayasan Dharma Bhakti Astra Koperasi serba Usaha.
Produk yang dibuat antara lain Kopi Sarang Walet, Bubur Sarang Walet, dan yang paling mantap Sarang Walet Madu.
"Sarang walet ini adalah satu diantara dua komoditi nasional unggulan, selain Porang. Saya awalnya bermimpi untuk membawa komoditi Lombok NTB ini terkenal sampai penjuru dunia. InshaAllah NTB bisa," katanya.
Jadi Percontohan dan Eduwisata
Kampung Walet Lombok di Desa Kateng saat ini mencuri perhatian pusat. Cukup banyak pejabat kementerian yang berkunjung untuk melihat langsung proses produksinya.
Ketua Yayasan Dharma Bhakti Astra Koperasi serba Usaha, H Lalu Aswadi mengatakan, Kampung Walet Lombok bisa menjadi percontohan nasional.
Sebab, disini benar-benar rantai produksi dari hulu ke hilir dikelola dengan baik.
"Ada pola-pola kemitraan dengan masyarakat, dan produk turunan juga dikembangkan dngan standar mutu yang baik. Ini bisa jadi percontohan nasional," katanya.
Mantan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB ini mengakui potensi sarang burung walet di NTB cukup besar dan lokasinya pun tersebar di hampir seluruh Kabupaten dan Kota. Jika dikembangkan dengan baik, maka komoditas ini bisa menjadi "mutiara baru" dari NTB.
Sementara itu, Lalu Ading Buntaran menambahkan, ke depan Kampung Walet Lombok di Desa Kateng akan didorong menjadi destinasi eduwisata.
"Semua orang pasti tahu sarang burung walet, tapi tidak semua orang pernah melihat langsung atau mencicipinya. Saya pikir ini menjadi potensi eduwisata yang menjanjikan ke depannya," katanya.