Owner Sasak Aren, Winarti bersama produk Tuak Manis Instan dalam sebuah pameran UMKM di Mataram, NTB. |
MANDALIKAPOST.com - Gula Semut berbahan air nira yang diproduksi Sasak Aren, Lombok Tengah menunjukkan kekuatan potensi sumber daya alam di Lombok. Produk rumahan kelompok wanita lingkar hutan Aik Bual ini, juga menjadi yang pertama dan bisa jadi satu-satunya di NTB yang meraih sertifikasi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI).
Sasak Aren juga pernah ditawar sebagai minuman kabin maskapai penerbangan Egypt Air di Mesir. Toh, gempa bumi 2018 dan pandemi corona panjang sejak awal 2020 membuat bisnis kecil dan menengah seolah dihantam badai. Seperti pelaku UMKM lainnya, Sasak Aren pun terdampak.
"Kalau sekarang, ya kita mulai merangkak lagi. Tapi harus tetap optimistis," kata Winarti, owner Sasak Aren, saat dijumpai MandalikaPost.com, Senin 9 Agustus 2021.
Kearifan Lokal Lingkar Hutan
Sasak Aren menjadi salah satu produk UMKM NTB yang dipromosikan melalui website Bank NTB Syariah sejak 2019 lalu.
Semua berawal dari ketertarikan Winarti kepada kearifan lokal masyarakat lingkar hutan di Desa Aik Bual, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah. Tahun 2017, wanita sarjana kehutanan yang bekerja di sebuah NGO lingkungan ini menjadi pendamping sebuah program World Bank untuk masyarakat lingkar hutan di Lombok.
"Ada program reboisasi dan pendampingan ekonomi. Saya menjadi fasilitator program di Aik Bual. Di situlah saya melihat ada potensi luar biasa dari gula aren di sana," kata Winarti.
Gula aren atau Palm Sugar memang menjadi sumber penghasilan sebagian besar masyarakat lingkar hutan Aik Bual. Secara turun temurun para wanita di sana mengolah air nira dari pohon Aren atau Enau untuk dijadikan gula aren, gula merah atau gula jawa. Kerap juga disebut gula batok, karena menggunakan batok kelapa untuk membentuknya.
Sayangnya, saat itu produksi gula aren Aik Bual hanya mampu mengisi pasar lokal, kebutuhan masyarakat desa dan desa tetangga. Bisa terjual cukup banyak hanya musiman, misalnya ketika bulan Ramadhan tiba setiap tahunnya.
"Untuk menjual ke pasar Peseng, desa tetangga saja masyarakat disana kesulitan karena ongkos ojeknya lumayan mahal. Mereka pasti rugi kalau nantinya gula tak laku dijual di pasar. Nah dari situ saya pikir produk ini butuh sentuhan butuh packaging dan pemasaran," ujar Winarti.
Sambil bertugas sebagai fasilitator di Aik Bual, Winarti pun mulai membentuk kelompok wanita usaha di desa itu. Menggunakan dana pinjaman dari NGO tempatnya bekerja, Winarti mulai merintis Sasak Aren bersama kelompok wanita di Aik Bual.
Dan ternyata, inovasi membuat gula semut, atau gula aren berbentuk kristal sudah ada di desa itu. Bila dijual, harganya pun bisa lebih mahal dibanding gula batok.
"Kalau gula batok sekilo Rp25 ribu maka gula semut bisa Rp50 sampai Rp60 ribu," ujarnya.
Sertifikasi Lembaga Ekolabel
Kemasan yang tadinya sederhana dan sistem penjualan dari mulut ke mulut akhirnya bisa berkembang di akhir 2017.
"Awal packaging pakai dana kantor dulu, kemudian produknya saya titipkan di toko oleh-oleh di kawasan Senggigi. Ternyata penerimaan pasar cukup bagus," katanya.
NGO tempat Winarti bekerja mendukung penuh. Sejumlah pembelajaran dan studi banding ke Jakarta dan Bogor diikutinya. Hal ini membuat produksi Sasak Aren makin berkualitas, baik dari segi kemasan maupun pola pemasarannya.
Sejak saat itu Sasak Aren juga mengisi sejumlah pameran UMKM dan event-event nasional yang dihelat di Lombok, NTB.
Produk Sasak Aren meraih sertifikasi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI). Alasan utamanya karena bahan bakunya benar-benar berasal dari kawasan hutan yang masih lestari. Selain itu produksinya juga melibatkan masyarakat lingkar hutan dengan konsep pemberdayaan ekonomi.
Menurut Winarti, gula semut Sasak Aren sejatinya adalah Tuak Manis Instan, sehingga selain rasa manis juga bermanfaat sebagai herbal untuk sejumlah penyakit yang berkaitan dengan kesehatan ginjal dan saluran kemih.
"Sampai sekarang masih ada pelanggan kita di Jakarta dan beberapa kota lain yang mengkonsumsi untuk terapi," ujarnya.
Ditawar China dan Maskapai Mesir
Dalam kegiatan pertemuan Asia Pacific Geoparks Network (APGN) Symposium 2019 di Hotel Lombok Raya, beberapa delegasi China sempat berkomunikasi dengan Winarti. Mereka berminat untuk membantu pemasaran produk di negerinya.
Saat itu, tema APGN adalah “UNESCO Global Geoparks Toward Sustaining Local Communities and Reducing Geohazard Risk”.
"Selain China, ada juga dari maskapai Egypt Airlines, Mesir. Mereka tawarkan Sasak Aren jadi minuman di kabin penerbangannya. Tetapi memang kita terkendala perizinan-perizinan, karena ini kan masih produk UMKM bukan pabrikan," kata Winarti.
Pandemi dan Support Pemda
Kini Sasak Aren punya tiga produk andalan yakni Tuak Manis Instan, Gula Semut Aren Jahe, dan Kopi Gula Aren.
Untuk produk Kopi Gula Aren, Winarti melibatkan kelompok wanita tani Kopi di Desa Aik Berik, tak jauh dari Desa Aik Bual.
"Untuk harga sejak launching sampai sekarang sama hanya Rp5 ribu per/cup. Banyak yang bilang kok murah sekali, tapi saya jelaskan saya ini social enterpreneur. Sehingga tidak murni mengejar profit, tetapi bagaimana caranya masyarakat terbantu, saya jualin produknya dan saya lempar businnes to businnes. Karena ini murni produk masyarakat, saya hanya bantu packaging dan pasarnya saja," katanya.
Pasca gempa bumi 2018 dan pandemi corona berkepanjangan menurut Winarti memang berdampak pada pemasaran Sasak Aren. Apalagi sejak pandemi corona, arus wisatawan domestik dan mancanegara ke Lombok praktis terhenti.
Namun optimisme tetap harus dibangun. Ia merasa yakin satu saat nanti semua akan kembali normal.
"Tentu kita semua berharap pandemi segera berakhir dan pariwisata NTB kembali ramai," katanya.
Saat ini pola pemasaran Sasak Aren memanfaatkan teknologi digital melalui medsos, selain mengandalkan pelanggan tetap yang ada di sejumlah daerah.
Winarti berharap, ke depan support Pemda bisa mengintervensi pemasaran produk UMKM seperi Sasak Aren ini. Baik di Pemda Lombok Tengah, maupu Pemprov NTB.
"Misalnya untuk event MotoGP ke depan, Pemda bisa fasilitasi UMKM-UMKM untuk mengambil bagian memasarkan produk mereka lebih mudah lagi," harapnya.