Owner Rumah Bakso Brawijaya Kota Mataram, H Marianto Marto Ikromo. |
MANDALIKAPOST.com - Kulineran di Kota Mataram, siapa yang tak kenal dengan Rumah Bakso Brawijaya.
Rumah Bakso Brawijaya, Kota Mataram memasuki usia 10 tahun, pada 30 Oktober 2021 mendatang. Beragam inovasi akan ditingkatkan untuk momentum satu dekade ini.
Tak hanya memaksimalkan desain tampilan dan pengayaan menu makanan, Rumah Bakso Brawijaya juga akan menggelar beberapa kegiatan sosial.
"Alhamdulillah, perjalanan Rumah Bakso sudah masuk satu dasawarsa, 10 tahun. Di usia satu dekade ini kami akan melakukan upgrade dengan sejumlah inovasi, untuk menambah kenyamanan dan kepuasan pelanggan," kata Owner Rumah Bakso Brawijaya, H Marianto Marto Ikromo.
Rumah Bakso Brawijaya memang sudah menjadi salah satu ikon wisata kuliner di Kota Mataram. Berdiri sejak 2011 silam, depot bakso ini mampu mengisi khazanah kuliner di Kota Mataram.
Rumah Bakso Brawijaya, Kota Mataram. |
Penikmat kuliner Kota Mataram tentu tak asing dengan citarasa khas Rumah Bakso Brawijaya. Desain depot yang luas dan nyaman membuat Rumah Bakso Brawijaya juga asyik buat tempat berkumpul dan berdiskusi sambil menikmati hidangan.
Sepanjang perjalanan satu dekade ini rumah bakso memiliki pelanggan tetap, masyarakat umum, dan juga stakeholders kedinasan.
"Keberhasilan Rumah Bakso bisa bertahan hingga satu dekade ini tak lepas dari support dan dukungan semua pihak. Kami sampaikan banyak apresiasi," katanya.
Marianto menuturkan, cukup banyak suka duka sepanjang 10 tahun perjalanan Rumah Bakso. Yang paling berkesan ialah saat Gempa Bumi Lombok terjadi di tahun 2018 silam.
Agustus hingga September 2018 di saat gempa bumi sedang aktif-aktifnya melanda Lombok, hampir seluruh depot kuliner dan restoran tutup. Khawatir gempa susulan.
Marianto memilih tetap membuka Rumah Bakso. Selain menyediakan kebutuhan konsumsi masyarakat, depot Rumah Bakso juga menjadi lokasi yang nyaman bagi masyarakat sekitar saat itu.
"Saya putuskan tetap buka. Bukan karena serakah dan ngotot berjualan, tetapi lebih kepada menjaga stabilitas. Karena saat itu semua panik, dan masyarakat banyak yang datang ke Rumah Bakso saat isu Tsunami, karena bangunan kami cukup kokoh dan aman," katanya.
Usai gempa bumi 2018, sektor industri kuliner di Lombok kembali bangkit. Namun berselang setahun kemudian, pandemi Covid-19 datang di awal 2020 lalu.
Seperti kuliner lainnya, bagi Rumah Bakso Brawijaya masa pandemi Covid-19 juga merupakan tantangan.
"Setelah gempa ya ada pandemi. Ini cobaan dan tantangan juga, karena masyarakat harus berubah gaya hidup. Ada pembatasan jam buka, ada protokol kesehatan. Tapi seiring waktu kita bisa menyesuaikan. Dan alhamdulillah saat ini mulai membaik," kata Marianto.
Kenyamanan kulineran di Rumah Bakso Brawijaya, Kota Mataram. |
Untuk masalah prokes, Rumah Bakso Brawijaya sangat peduli. Lebih dari 30 karyawan di sana juga sudah menerima vaksinasi tahap II.
Dengan ruang yang luas berkapasitas hingga 100 orang, lahan parkir memadai, dan sarana ibadah, mushola yang representatif, Rumah Bakso Brawijaya selalu menjadi pilihan yang tepat menikmati kuliner di Kota Mataram.
"Di usia satu dekade ini, Rumah Bakso Brawijaya akan terus berkarya dengan inovasi terbaru demi kepuasan pelanggan, sekaligus terus memperkaya khazanah kuliner kita di Kota Mataram ini," kata Marianto.