Penonton MotoGP Kecewa, Gubernur Minta Maaf

Ariyati Astini
Senin, Maret 21, 2022 | 20.38 WIB Last Updated 2022-03-21T12:38:05Z
Gubernur NTB Zulkieflimansyah



MATARAM - Banyaknya penonton MotoGP yang kecewa lantaran pengaturan dan penyediaan transportasi pada hari ketiga pelaksanaan MotoGP yang terlihat sangat amburadul membuat gubernur NTB, Zulkieflimansyah akhirnya angkat bicara. Terlebih kekecewan juga terlihat usai menonton banyak yang masih ditelantarkan di lokasi tanpa ada kejelasan jemputan bus yang sebelumnya mengantar mereka. 


"Kita (Pemprov) minta maaf karena tidak sepenuhnya sesempurna yang seperti kita rencakan," ujar Gubernur Senin (21/3/2022) 


Gubernur mengatakan MotoGP kali ini baru terselenggara kembali sejak 25 tahun sebelumnya. Tentu ini menjadi pengalaman berharga untuk NTB dan Indonesia. Pemprov selaku tuan rumah bersama pemerintah pusat sudah berusaha semaksimal mungkin sehingga jika masih ditemukan ketidaksempurnaan tentu menjadi catatan lebih baik untuk event- event Word Superbike (WSBK) yang mana NTB akan menjadi tuan rumah pada November mendatang. 


"Namanya even pertama, walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin pasti ada ketidaksempurnaan. Tapi saya kira (penyelenggaraannya) sudah maksimal," terang politisi PKS itu.


Gubernur mengatakan kemacetan panjang yang terjadi di sejumlah titik itu diakibatkan banyak kendaraan pribadi yang masuk yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Namun hal itu dilihatnya wajar mengingat antusias masyarakat sangat tinggi. Even MotoGP biasanya hanya dilihat di stasiun televisi kini didepan mata akhirnya di hari ketiga makin membludak kendaraan yang masuk. Ini juga menyebabkan bus yang seharusnya mampu mengantar penumpang dengan cepat namun saat baliknya terkena macet juga. 


"Dan lama nyampe karena memang macet ditengah jalan akhirnya menambah kemacetan," jelasnya. 


Dalam kondisi itu gubernur tidak ingin menyalahkan pihak yang bertugas di jasa tranportasi sebab sudah berminggu minggu mereka melakukan simulasi. 


"Kita nggak bisa omelin orang yang bekerja di transportasi. Mereka berminggu minggu melakukan simulasi," katanya.



Tapi kita tidak menyangka kendaraan pribadi masuk sebanyak itu. Jadi Antusiasme masyarakat terlihat yang awalnya didepan TV tapi nyata didepan kita sehingga wajar di hari ketiga membuldak. Sehuigga Bus yang seharusnya  mampu antar penympang cepat harua balik lagi karena 

Walaupun sudah di cek kwalitas bus yang tua tua jadi kalau di macet akhirnya menambah kemacetan. 


Tidak hanya itu saja jumlah pengunjung para pejabat negara juga tidak sedikit. Misalnya presiden yang hadir tentu dengan rombongan yang sangat banyak. Belum lagi para menteri gubernur bupati dari berbagai daerah di Indonesia termasuk juga rombongan DPR. 


"Kita kan sungkan juga untuk mengatur ngatur sedetail-detailnya. Karena kita kenal semua,” katanya. 


Pengakuan gubernur kemacetan sebetulnya juga sudah terjadi pada hari pertama maupun kedua. Saat memantau kondisi KLU lewat Senggigi sudah macet. Banyak kegiatan yang terselenggara. 


"Semalam dua malam sebelumnya saya jalan ke Lombok Utara di Senggigi itu macet juga. Ada kegiatan Pertamina Gathering (contohnya). Banyak kendaraan luar Plat B, plat DK dan lain-lain banyak sekali,” katanya 


Pengalaman semua itu tentunya menjadi bahan evalusi kedepannya. Pengendara pribadi semestinya dikurangi namun harus ada alternatif lain yang harus disiapkan. 


Dijelaskannya kontrak dengan Dorna untuk perhelatan berbagai even sport di Sirkuit Mandalika selama 10 tahun. Dorna meminta setiap tahun harus ada perbaikan sedikit demi sedikit. Malah dirinya sempat berbincang dengan duta besar spanyol untuk penyiapan perfect pada even di Sirkuit tentunya membutuhkan waktu sampai 20 tahun. 


"Jadi setiap tahun minimal ada perubahan,” ungkapnya. 


"Tapi ini jadi feed back yang baik jadi catatan nanti kalau jadi tuan rumah WSBK Novemeber ini jadi catatan untuk yang lebih baik," ujarnya. 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Penonton MotoGP Kecewa, Gubernur Minta Maaf

Trending Now