Saknah, wanita pedagang Jagung Ketan Sumbawa. |
MANDALIKAPOST.com - Hasan -Saknah bukan nama pasangan calon kepala daerah. Mereka hanya sepasang suami - istri, petani sederhana, yang selama belasan tahun setia berjualan jagung rebus di areal lapak Jagung Ketan Sumbawa, di Desa Rhee, Kecamatan Rhee, Kabupaten Sumbawa.
Dari berjualan Jagung Ketan Sumbawa, dan bercocok tanam di lahan tak seberapa luas, M Hasan (46) dan istrinya, Saknah (40), bisa memenuhi kebutuhan pendidikan dua putri mereka hingga ke jenjang perguruan tinggi.
Si sulung, Eka Yuliana sudah tuntas menyelesaikan pendidikan S1 di Prodi Muamalah (Hukum Bisnis Islam) Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Sementara si bungsu, Eva Elna Sasmita, duduk di semester IV, Prodi Ahwal As-syakhshiyah (Hukum Keluarga) di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
"Alhamdullilah, yang sulung Eka sudah selesai kuliah, Sarjana Hukum Islam, dan sudah bekerja. Dan yang bungsu Eva, masih kuliah di UIN Mataram ambil Hukum Keluarga," kata Hasan, saat dijumpai Mandalika Post, Minggu malam 26 Juni 2022.
Areal lapak Jagung Ketan Sumbawa, di Desa Rhee, Kecamatan Rhee, Kabupaten Sumbawa saat ini menjadi rest area yang menarik. Berada di tepi jalan nasional penghubung Poto Tano, Sumbawa Barat - Sape, Bima, pemandangan pantai bisa terlihat di beberapa sudut.
Ada lebih dari 70 lapak UMKM berderet sepanjang jalan, yang seluruhnya menjajakan Jagung Ketan Sumbawa, termasuk lapak milik Hasan dan Saknah.
Hasan dan Saknah. Dua putri mereka berhasil mengenyam pendidikan tinggi berkat lapak Jagung Ketan Sumbawa. |
Masyarakat lokal di Sumbawa kerap menghabiskan waktu sore atau kongkow malam hari di sini. Bus antar kota antar provinsi, travel agent dan kendaraan-kendaraan ekspedisi antar pulau seringkali mampir di sini. Tempat yang pas untuk sopir yang lelah dan penumpang yang mulai jenuh.
Sepekan pra hingga gelaran MXGP Samota Sumbawa 24-26 Juni, lapak Jagung Ketan Sumbawa pun mengalap berkah.
"Tiga hari sebelum MXGP sampai saat ini, ramai terus. Malah kita yang kehabisan bahan baku Jagungnya," kata Hasan.
Selama gelaran MXGP Samota, kawasan ini memang dilintasi penonton yang memilih menggunakan jalur darat. Dari pelabuhan Poto Tano Sumbawa Barat, rasanya sangat tak berhenti di lapak-lapak jagung Desa Rhee ini.
Jagung Ketan Sumbawa ini jajanan rebus, jenis Jagung yang digunakan ialah Jagung Arumba. Yang matang direbus teksturnya bergetah. Ibarat nasi, bisa dibilang ini nasi uduk, agak lengket mirip ketan dan gurihnya sangat terasa.
Lapak-lapak Jagung Ketan Sumbawa di Desa Rhee sudah ada sejak akhir era 90an. Dimulai dengan hanya tiga sampai empat lapak sederhana.
Seiring perkembangan dan kemajuan pariwisata NTB di tahun 2000-an, lapak jagung semakin bertumbuh. Perusahaan tambang tembaga terbesar saat itu, Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) membantu pengembangan lapak UMKM tersebut melalui dana CSR perusahaan.
Menurut Hasan, awalnya jenis jagung yang dikembangkan adalah jenis Jagung Kumala. Ini lebih mirip dengan jagung manis, yang lebih enak jika dibakar ketimbang direbus.
"Dulu pakai jagung Kumala. Tapi saat ini kita pakai Jagung Arumba, getah ketannya lebih bagus dan nikmat rasanya," kata Hasan.
Jagung Kumala dan Jagung Arumba diproduksi oleh petani di Dusun Simpangan, Desa Rhee. Selain bertani mereka juga sekaligus pelaku UMKM di lapak-lapak jagung yang tersedia. Di beberapa desa di Sumbawa, Dompu dan Bima, jagung Arumba juga dibudidaya. Hanya saja, pasarnya tetap ke lapak Jagung Ketan Sumbawa di Desa Rhee.
Berbeda dengan jenis jagung lainnya, Arumba punya masa panen yang lebih singkat. Bisa dua bulan permusim. Dengan sedikit inovasi pola tanam, bahan baku lapak Jagung Ketan Sumbawa bisa terus terisi. Hal ini yang membuat lapak Jagung Ketan Sumbawa seolah tak punya musim, selalu tersedia.
Ada akulturasi budaya di Dusun Simpangan, tempat Jagung Arumba berkembang. Sama seperti orang tua Hasan dan Saknah yang berasal dari Sakra, Lombok Timur, ratusan keluarga di Dusun ini juga berasal dari Lombok. Ada Lombok Timur dan Lombok Tengah, sebagian lain Lombok Barat.
"Sebagian besar di Dusun Simpangan, bahkan di Desa Rhee, berasal dari Lombok. Kalau ada kawinan yang pakai nyongkolan juga. Sejak dulu dari orang tua sudah di Sumbawa, istilahnya dulu berepuq-repuq dulu," kata Hasan.
Lapak Jagung Ketan Sumbawa bisa menjadi destinasi wisata yang potensial.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) Sumbawa, Irawan Subekti mengatakan, Pemda Sumbawa sudah membantu penataan kawasan dan sejumlah lapak dagang di sana.
"Ini memang sudah menjadi destinasi alternatif. Dan ikon jagung ketan ini sudah cukup terkenal," katanya.
Seorang wisatawan domestik melepas lelah perjalanan di Lapak Jagung Ketan Sumbawa, milik Hasan dan Saknah. |
Hasan dan Saknah adalah saksi sekaligus pelaku dalam perekembangan lapak Jagung Ketan Sumbawa. Belasan tahun berjuang di sektor UMKM ini, meski pariwisata NTB sempat dihadang Gempa Bumi Lombok 2018 dan pandemi covid-19 sejak awal 2020.
Mengumpulkan rupiah demi rupiah tak seberapa dari pelintas dan wisatawan yang mampir, ketekunan dan optimisme mereka bisa mengantar pendidikan yang cukup baik bagi dua putrinya, Eka dan Eva.
Hasan dan Saknah tetap optimis, sektor pariwisata bisa menjadi kekuatan ekonomi sebuah daerah termasuk di Sumbawa, NTB.
Mereka juga sangat optimis, kemajuan suatu daerah hanya bisa diraih jika pendidikan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) terus ditingkatkan.
Toh, sosialisi dari Pemprov NTB dan Pemda Sumbawa harus lebih masif. Sebab, bagi Hasan dan Saknah, serta sebagian besar pedagang Jagung Ketan Sumbawa, Gubernur NTB dikenal bernama Dr Zulkieflimansyah, sementara Wakil Gubernur masih dikenal Tuan Guru Bajang (TGB) yang merupakan Gubernur sebelumnya.(*)