Rusa di sanctuary Gunung Tunak. |
MANDALIKAPOST.com - Rusa (Cervus Timorensis) merupakan hewan endemis sekaligus logo Pemerintah Provinsi NTB. Ironis, jumlah populasinya terus menurun dari tahun ke tahun. Banyak faktor menyebabkan hewan ikonik NTB ini terancam punah.
Populasi Rusa menjadi perhatian serius Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi NTB.
Untuk mencegah kepunahan mamalia bertanduk eksotis ini, BKSDA NTB membangun Sanctuary Rusa seluas 1,5 hektare di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak, Lombok Tengah, sejak tahun 2017 silam.
"Saat ini populasi Rusa di Sanctuary ini ada 38 ekor. Sebelumnya 48, tetapi 10 ekor sudah berhasil dilepasliarkan ke alam," kata perencana BKSDA NTB, Ivan Juhandara, Senin 6 Juni 2022.
Ivan menjelaskan, populasi Rusa (Cervus Timorensis) terus menurun dari tahun ke tahun di NTB. Saat ini BKSDA NTB memperkirakan penyebaran populasi Rusa liar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa tinggal tidak lebih dari 2000 ekor.
Jumlah itu tersebar di hutan lepas di kawasan Gunung Rinjani Lombok sekitar 300-400 ekor, di kawasan Gunung Tambora Sumbawa sekitar 400 ekor, pulau Moyo 200 ekor, dan di kawasan hutan lindung Lombok dan Sumbawa sekitar 300 ekor, serta di penangkaran masyarakat sekitar 400 ekor.
"Saat ini ada sekitar 152 penangkaran Rusa milik masyarakat di Lombok dan Sumbawa. Itu jumlah populasinya sekitar 400 ekor," katanya.
Data BKSDA NTB menyebutkan, pada survey populasi Rusa NTB tahun 2005 silam, jumlah populasi Rusa masih sekitar 6000 ekor tersebar di pulau Lombok dan Sumbawa.
Populasi Rusa itu menurun akibat masih terjadi perburuan liar, dan juga faktor terganggunya habitat Rusa akibat alih fungsi hutan dan perubahan iklim beberapa tahun terakhir.
Ivan mengatakan, upaya konservasi Rusa itu dilakukan BKSDA NTB agar hewan yang menjadi maskot lambang daerah Provinsi NTB, itu tidak punah.
"Populasi Rusa terus menurun. Ya jangan sampai satwa yang menjadi maskot NTB itu tinggal di logo di seragam ASN saja," katanya.
Sanctuary Rusa di TWA Gunung Tunak Lombok Tengah diharapkan mampu mempertahankan populasi alami Rusa liar.
Menurut dia, siklus reproduksi Rusa bisa sekali beranak dalam satu tahun dengan proses kawin yang alami. Sanctuary Rusa dibuat di kawasan hutan yang ekosistemnya sama dengan habitat Rusa.
"Jadi di sanctuary ini diharapkan mereka bisa berkembang biak dengan baik. Sebab di penangkaran akan sedikit sulit karena proses kawin memang harus alami bukan kawin suntik," katanya.
Ia mengaku, saat ini sulit memetakan jumlah populasi Rusa di NTB. Kemampuan BKSDA NTB cukup terbatas. Kecuali jika semua pihak ikut terlibat.
"Misalnya tiap Pemda melalui Dinas LHK atau para Camat, ikut membantu survey populasinya," katanya.
Destinasi Wisata Alam
TWA Gunung Tunak saat ini menjadi salah satu destinasi wisata alam penyangga kawasan KEK Mandalika.
Kawasan dilengkapi fasilitas wisata bantuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Korea Forest Service (KFS) sejak 2018.
Panorama keindahan pantai dari Gunung Tunak. |
Fasilitas berupa gedung visitor center, gedung serba guna, guest house dan reception, butterfly ecology center, camping ground, lapangan parkir, serta jungle track, yang pembangunannya berasal dari dana hibah Korea sebesar Rp25 Miliar lebih sejak 2015-2017.
Sanctuary Rusa menjadi salah satu yang bisa dinikmati. Kelompok masyarakat mengelolanya dengan atraksi memberi makan Rusa.
Selain itu, keindahan pantai selatan Lombok juga bisa terlihat. Dari Tunak, sunset terlihat sempurna.
Gunung Tunak di Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah merupakan satu dari 9 TWA konservasi yang dikelola BKSDA NTB.
Ivan Juhandara menjelaskan, TWA Gunung Tunak yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 2899/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 16 April 2014 dengan luas 1.219,97 Ha, merupakan salah satu dari sepuluh TWA daratan yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB.
Lokasi ini bisa dicapai dengan mengendarai mobil dalam waktu sekitar satu jam dari Lombok Internasional Airport ke arah jalan raya Kuta Mandalika
"TWA Gunung Tunak memiliki potensi yang sangat menarik untuk dikunjungi sebagai wahana wisata maupun pendidikan," katanya.
Potensi itu antara lain pantai pasir putih yang masih alami, pengamatan satwa, terutama kupu-kupu, burung gosong yang sudah langka, rusa timor, serta jungle tracking.
Hutan di TWA Gunung Tunak sebagian besar merupakan hutan sekunder yang berada pada ketinggian 0 — 105 mdpl.
Pengunjung yang tertarik untuk menikmati keheningan malam TWA Gunung Tunak, sambil menikmati keindahan alam pantai, dapat bermalam di Guest House dengan jumlah 10 kamar yang tersedia.