"Cewek Michat" Relakan Bayinya Diadopsi Demi Masa Depan Si Buah Hati

MandalikaPost.com
Minggu, September 18, 2022 | 15.36 WIB Last Updated 2023-08-03T15:33:32Z
Ilustrasi.

MANDALIKAPOST.com - Masih berbalut perban sisa operasi sesar, Linda (sebut saja namanya begitu) sudah kembali ke kamar hotel, tanpa bayinya.


Bayi laki-laki Linda berpindah tangan, beberapa jam setelah menjalani sesar di sebuah Rumah Sakit pemerintah di Kota Mataram, NTB. Bayi itu diadopsi oleh pasangan suami istri yang konon sudah 12 tahun menikah, belum dikaruniai anak.


"Anakku laki-laki, 3.6 Kg waktu lahir. Tapi langsung diadopsi. Biar anakku ikut orang, demi masa depannya," ujar Linda, wanita berusia 28 tahun.





Mandalika Post bertemu Linda, Sabtu malam 17 September 2022. Hanya beberapa jam pasca Linda keluar RS dan kembali ke hotel tempat ia menginap di kawasan Cakranegara, Kota Mataram, NTB.


Linda memperlihatkan foto-foto bayinya yang sempat ia abadikan di ponselnya. Mirip ibunya, bayi itu putih bersih, nampak sehat. Beberapa foto surat pernyataan adopsi juga sempat ia potret. Dibubuhi nama asli Linda dan tandatangan basah diatas materai Rp10 ribu. Surat tertera Mataram di tanggal 17 September 2022.


"Adopsinya resmi kok, ada surat pernyataannya. Aku juga dibawa ke bagian Humas RS-nya, katanya biar nggak nuntut-nuntut besok-besok," katanya.


Linda mengaku berasal dari Subang, Jawa Barat. Sudah dua tahun di Lombok dan menjalani profesi tabunya, menyediakan jasa wik-wik online melalui aplikasi michat.


Akhir 2020 lalu, Linda termasuk kurang beruntung menerima surat PHK dari perusahaan property di Tangerang, Banten. Tiga tahun bekerja sebagai staf bagian pemasaran, semua karir dan cita-cita Londa kandas karena Pandemi Corona. Sebagian besar karyawan terpaksa menerima PHK, tanpa pesangon. Termasuk juga Linda.


Terkena PHK dan terancam tanpa penghasilan membuat Linda resah. Apalagi, setelah bercerai dengan suaminya 2016 silam, dia harus menghidupi seorang anak perempuannya yang kini berusia 6 tahun.


Ajakan seorang kawan, akhirnya membawa Linda merantau ke Mataram, Lombok.


"Dua minggu habis PHK itu aku ke Lombok, ada teman yang ngajak. Katanya ada kerjaan di Lombok di bagian pariwisata. Tapi pas sampai sini, ternyata kondisi di sini sama juga, terdampak pandemi. Itu akhir 2020, masih banyak PPKM," kenang Linda.


Saat tiba di Lombok dan mendapati kondisi yang hampir sama, Linda hampir patah arang. Tabungan yang ia bawa sudah terkuras selama sepekan pertama di Lombok. Untuk sewa hotel tempat menginap dan juga kebutuhan makan sehari-hari. Ibarat simalakama, pulang kampung Linda tak lagi punya biaya, sementara tinggal di Lombok kemampuan finansialnya pasti tak bakal cukup.


"Waktu itu nggak ada pilihan. Temanku nawarin open BO aja lewat michat, cari uang untuk bekal pulang kampung," ujarnya.


Awal 2021, Linda mulai menjajakan layanan wik-wik online. Bermodal wajah cantik, kulit putih, dan tubuh yang sintal, Linda dengan mudah menggaet cukup banyak hidung belang melalui aplikasi michat.







Linda mengaku tak sembarangan menerima tamu. Karena itu tarif yang ia pasang untuk layanan wik-wik cukup tinggi.


"Tamuku ada banyak yang pegawai. Ada yang Lombok Utara juga, jadi langganan. Aku nggak sembarang terima tamu, mainnya juga harus di hotel yang palingg nggak bintang 3, biar aman," ujarnya.


Toh, duit mudah, resiko besar. Itu yang dialami Linda. Berinteraksi dengan banyak pria, terkadang tanpa pengaman, membuat Linda mulai sadar berbadan dua, pada awal 2022 lalu.


Beralasan menutup kebutuhan hidup, Linda masih nekad menjalani praktik protitusi terselubung, hingga mas kehamilannya menginjak 7 bulan. Memasarkan diri dengan tag sensasi bumil (ibu hamil), Linda mengaku semakin banyak dan mudah mendapatkan tamu.


"Waktu itu sensasi Bumil bikin tamu penasaran. Lumayan buat tabungan melahirkan, dan untuk kirim ke kakak yang jagain anak perempuanku di kampung.  Tapi pas sudah masuk kehamilan 8 bulan aku berhenti sama sekali, fokus ke lahiran," katanya.


Sabtu dinihari, 17 September 2022, Linda melahirkan dengan operasi sesar, setelah dua hari berada di RS. Untuk membayar biaya RS yang nilainya mencapai Rp12 juta, Linda tak punya cukup uang.


Linda akhirnya setuju ketika ada keluarga yang mau mengadopsi anaknya itu. Selain karena keluarga pengadopsi menanggung seluuruh biaya RS, Linda juga tak mungkin memelihara anaknya sendiri ditengah kondisinya yang rumit. Apalagi, ia sendiri tak pernah tau siapa bapak biologis si bayi.


"Jangan tanya siapa bapaknya lah, kan tau profesiku beginian," tukasnya.


Membiarkan bayinya diadopsi orang adalah keputusan terbaik Linda. Setidaknya, naluri keibuannya menyelamatkan sang bayi, dari pikiran buntu untuk mengakhiri bayi hasil hubungan gelap, di luar pernikahan.


"Nggak mungkin lah aku tega, buang bayiku sendiri, kayak kasus-kasus yang banyak terjadi. Nanti munculnya di berita, ditemukan bayi dalam kardus, ya nggak lah," katanya.


Linda mengaku tak pernah tahu kapan bisa bertemu lagi dengan anaknya. Sesuai permintaan keluarga pengadopsi, hubungan mereka terputus di pernyataan adopsi yang ditandatangani Linda.


Ia hanya berharap, keluarga itu bisa merawat bayinya dengan penuh kasih sayang. Membesarkan, memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikannya hingga dewasa kelak. 


Kisah Linda hanya sebagian kecil fakta yang mengupas masih banyak fenomena praktik prostitusi terselubung di Mataram, NTB. Beragam risikonya pun bisa saja terjadi, kehamilan hingga penularan penyakit menular seksual (PMS).



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • "Cewek Michat" Relakan Bayinya Diadopsi Demi Masa Depan Si Buah Hati

Trending Now