Rinjani Koi Farm Mampu Dongkrak Ekonomi Warga Mambalan

MandalikaPost.com
Minggu, Oktober 23, 2022 | 20.34 WIB Last Updated 2022-10-23T12:34:01Z
Kolam Koi di Rinjani Koi Farm, Desa Mambalan, Lombok Barat.

MANDALIKAPOST.com - Bisnis ikan koi yang dilakukan Rinjani Koi Farm, beromset setiap bulannya minimal mencapai Rp 100 juta dan mampu meningkatkan ekonomi keluarga serta kesejahteraan warga sekitar seperti yang terjadi di Desa Mambalan, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat (Lobar).


Petani ikan koi yang ada di Mambalan, Bayu Septiana, mengatakan bisnis atau usaha pembudidayaan ikan koi yang telah ia jalani selama empat tahun ini ternyata mampu mendongkrak ekonomi keluarganya.


"Jika dibandingkan dengan budidaya ikan jenis lain seperti lele, mas, nila dan lain-lain ternyata keuntungan budidaya ikan koi bisa dua kali bahkan lebih, karena peminat ikan ini rata-rata dari kalangan warga kelas menengah-atas," kata Bayu, Minggu (23/10).


Menurut Wakil Ketua Penghobi Komunitas Koi Lombok itu, mendaku bahwa, budidaya ikan koi ini juga mampu membuka lapangan pekerjaan baru, seperti di daerahnya mayoritas setiap peternak bekerjasama dengan warga lainnya untuk mengembangkan usaha ini, sehingga dengan adanya daerah budidaya ikan ini warga sekitar pun ikut menikmati dan bisa membuka usaha baru.


"Setelah adanya budidaya ikan koi yang dirintis  Rinjani Koi Farm, mayoritas pembudidaya ikan air tawar untuk konsumsi, tetapi seiring waktu dan banyak permintaan baik dari dalam maupun luar NTB, bahkan luar pulau bisnis ikan asal Jepang ini pembudidaya beralih menanam koi," jelas Bayu. 


Berkat tangan dingin Ni Kadek Sri Dewi Dana Yanti bersama suaminya. Lahan eks galian C yang berada di wilayah Mambalan, kini sudah berubah fungsi  sebagai lokasi pembudidayaan ikan koi terbesar di Pulau Lombok. 


Bayu mendaku, bisnis ikan koi berbeda dengan bisnis ikan air tawar pada umumnya, karena usaha ini harus bermodalkan kepercayaan dan kerjasama untuk menghasilkan benih koi yang berkualitas.


"Karena jenis ikan ini sangat bervariasi, biasa setiap peternak bekerjasama dalam hal pembenihan karena, untuk bibit ikan koi kualitas unggulan ukuran diatas dua kilogram harganya bisa mencapai Rp6 juta/ekor. Sedangkan, indukannya bisa mencapai antara Rp 70-75 juta per ekornya," ungkap dia. 


Bayu menuturkan, sejauh ini pemasaran ikan koi dipasarkan melalui kanal media sosial hingga pada komunitas ikan koi di Pulau Lombok yang memiliki anggota sebanyak 120 orang. Namun yang aktif antara 20-40 orang saja. 


"Kita rutin menggelar event ikan koi dalam bentuk lakber. Nah disitu, kita bertukar informasi terkait pembelian dan penjualan, termasuk bagaimana cara membudidayakan. Yang pasti, penjualan nasional juga kita tutupi melalui pembudidayaan yang berasal dari pasokan ikan koi di Pulau Lombok," jelas dia. 


Ia berharap agar persoalan banjir yang sempat menggenangi lokasi pembudidayaan Rinjani Koi Farm, agar tidak terjadi lagi. Pasalnya, kerugian para pembudidaya itu bisa mencapai kisaran Rp 1,5 miliar lebih. 


"Saran saya, kedepan BWS yang tengah mengerjakan proyek Dam Meninting, agar lebih peka pada kondisi pembudidaya ikan koi. Ini karena, petani dan warga sekitar sangat terdampak akibat meluapnya air yang saat itu enggak ada hujan namun bisa air setinggi  dada orang dewasa masuk ke kolam kami," papar Bayu.


"Tolong persoalan banjir lalu pada Jumat, 17 Juni 2022, agar bisa dituntaskan. Minimal BWS itu turun melihat fakta lapangan, saya minta kedepankan dialog dengan petani lah," sambung dia.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Rinjani Koi Farm Mampu Dongkrak Ekonomi Warga Mambalan

Trending Now