Gubernur NTB Dr H Zulkieflimansyah saat berkunjung ke SMK Ondak Jaya, Lombok Timur. |
MANDALIKAPOST.com - Dengan dua kompetensi keahlian, yakni Teknik Pemesinan dan Teknik Elektronika Industri, keberadaan SMK Ondak Jaya di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur mulai dirasakan keberadaannya oleh masyarakat.
Padahal, salah satu SMK Swasta di Kabupaten Lotim yang berdiri pada 2017 lalu, justru memiliki banyak kendala. Sarana dan prasarana yang terbatas.
Kepala SMK Ondak Jaya, Harmaen, membenarkan bahwa ruang kelas bagi para siswa memang tidak memadai hingga kini.
Selain itu, alat praktik juga seadanya. "Termasuk,ketersediaan buku-buku penunjangnya," ujar dia, Kamis (27/10).
Meski memiliki banyak kekurangan. Namun hal itu, tidak lantas membuat pihaknya untuk tidak sukses dalam keterbatasan.
Sebab, kekurangan itu, justru membuat semangat bagi para siswa dan guru untuk berfikir maju dalam membuat terobosan yang membuat bangga lingkungan sekitar.
"Di usia usia lima tahun. Alhamdulillah, sekitar 70 persen alumni sudah terserap dunia kerja, 20 persen melanjutkan ke perguruan tinggi dan 10 persen berwirausaha secara mandiri," tegas Hermaen.
Ia mendaku, sistem pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran berbasis produk atau yang dikenal dengan teaching factory.
Di mana, adanya metode tersebut, SMK Ondak Jaya ikut berpartisipasi, mengembangkan masyarakat melalui berbagai jenis program, agar bisa tercipta produk-produk yang mampu bersaing di pasar.
"Yang membuat kami bangga. Kita mampu membuat pertumbuhan Industri Kecil dan Menengah (IKM) NTB maju, sehingga tidak monoton," kata Hermaen.
Model pembelajaran teaching factory terbilang baru, bahkan termasuk terobosan. Tujuannya, menciptakan lulusan SMK yang berkompeten dan siap kerja.
SMK Ondak Jaya terus berupaya mengembangkan diri menjadi sekolah unggulan. Contoh yang terjadi saat ini, di Montong Gading, tepatnya Desa Pesanggrahan, Pringgajurang, Kotaraja, dan sekitarnya terkenal dengan istilah sentra kerajinan logam pengelasan, pandai besi, desa wisata seni, dan kerajinan lainnya.
Perajin di kawasan ini mulai kesulitan menyesuaikan diri dengan pasar. Salah satu penyebabnya, semakin banyak usaha sejenis di luar kawasan, sehingga berdampak pada volume pesanan yang masuk.
”Sulitnya lapangan pekerjaan, kompetensi rendah dan minim pengetahuan, menyebabkan sebagian anak muda di kawasan ini malah menjadi TKI dan bahkan kerja serabutan,” jelas Harmaen.
Dia juga mengkritisi, produk yang dihasilkan ratusan pengusaha logam dan besi di sana. Umumnya hanya seputar terali, pagar, kanopi, pintu harmonika dan sejenisnya. Padahal pasar lokal dan regional dalam bidang rekayasa besi dan logam sangat besar dan luas.
Ada konstruksi baja, tower, jembatan, dermaga, mesin mesin tepat guna. Ada pertanian, perikanan, mesin-mesin pengolahan pra dan pasca panen. Juga mesin-mesin pengolahan pangan dan makanan, mesin mesin penggerak, komponen, dan aksesorisnya.
Inilah yang menyebabkan keberadaan ratusan pengusaha logam dan besi di kawasan tersebut terancam punah. Penyebabnya, mulai dari kompetensi tidak update, adaptasi produk rendah, dan serbuan produk luar yang lebih kompetitif.
Pola pembelajaran teaching factory SMK Ondak Jaya coba menjawabnya. Dirancang berbasis produksi barang atau jasa, dengan mengadopsi dan mengadaptasi standar mutu dan prosedur kerja industri. Sehingga akan memberi pengalaman pembelajaran kompetensi tambahan.
”Terutama soft skill seperti etos kerja disiplin, jujur, bertanggung jawab, kreatif-inovatif, hingga pembekalan karakter kewirausahaan,” tandas Harmaen.