Kepala Dinas Nakertrans NTB, I Gede Putu Aryadi. |
MANDALIKAPOST.com - Tingkat pengangguran di NTB mengalami penurunan pada Agustus 2022 sebesar 2,89 persen. Persentase Ini tercatat menurun 0,12 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2021.
"Secara nasional, persentase angka pengangguran provinsi ini bahkan urutan keempat paling kecil di Indonesia. Urutan pertama terkecil adalah Sulawesi Barat, Gorontalo, Papua, lalu NTB," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos, M.H, kepada Mandalika Post, Sabtu 19 November 2022.
Dijelaskan, penduduk NTB yang bekerja saat ini tercatat sebanyak 2,72 juta orang. Jumlah ini meningkat sebanyak 60,95 ribu orang dibanding Agustus 2021.
Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase penduduk bekerja terbesar adalah Sektor Pertanian (1,96 persen poin), Perdagangan Besar dan Eceran (0,81 persen poin), dan Jasa Lainnya (0,40 persen poin).
"Walaupun terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja, namun jumlah pengangguran menurun sebanyak 1,66 ribu orang. Artinya ada progres yang bagus di serapan tenaga kerja," ujar Aryadi.
Menurut dia, data tersebut juga terungkap saat Disnakertrans Provinsi NTB mengadakan Kegiatan Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Penempatan Tenaga Kerja, Rabu 16 November lalu, Hotel Lombok Plaza, Mataram.
Kegiatan evaluasi yang diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari pejabat fungsional pengantar kerja, pengantar kerja kabupaten/kota, Bursa Kerja Khusus (BKK) dan lembaga swasta bertujuan untuk meningkatkan kompetensi para pengantar kerja dan pejabat fungsional pengantar kerja.
Aryadi mengatakan, meski tingkat pengangguran terus menurun, namun kualitas tenaga kerja perlu perhatian khusus karena kualitas tenaga kerja akan mempengaruhi produktivitas.
Ia menyebut, kalau ingin mendorong produktivitas, maka tenaga kerja harus dibekali dengan skill. Skill yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan sektor yang berkembang.
“Kebutuhan dunia industri harus ditanya, kompetensi apa yang harus dimiliki, tren di dalam negeri apa. Dari situ kita akan bisa merancang sistem untuk mempersiapkan tenaga kerja yang sinkron dengan kebutuhan dunia industri," papar Aryadi.
Karena itu, menurut Aryadi sudah saatnya Tenaga Pengantar Kerja mengubah pola kerjanya. Jangan hanya menyediakan informasi peluang kerja di satu waktu dan satu tempat seperti job fair pola lama.
Menurutnya, banyak perusahaan hadir, ribuan juga pencari kerja (pencaker) datang, tetapi yang diterima hanya sedikit karena tidak match antara kompetensi pencaker dan skill yang dibutuhkan oleh perusahaan. Dengan adanya transformasi digital di setiap lini kehidupan, otomatis akan ada job yang digantikan teknologi.
“Disinilah peran pengantar kerja, memetakan tren industri ke depan seperti apa. Sehingga angkatan kerja dihubungkan dengan lembaga pelatihan atau pendidikan vokasi yang ada. Nantinya lembaga vokasi merubah kurikulumnya sesuai dengan kebutuhan dunia industri,” jelas Aryadi.