Kelompok Millenials BUMN merilis tukik penyu di Pantai Mapak Indah, Kota Mataram. |
MANDALIKAPOST.com - Destinasi wisata pantai, satwa dilindungi ; Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea), dan Perusahaan Listrik Negara ; PT PLN (Persero), tentu sulit dirangkai korelasinya satu sama lain.
Toh, di Pantai Mapak Indah, pesisir Kota Mataram, dan Pantai
Kuranji Bangsal, di pesisir Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB), ketiganya bisa tersulam apik. Sebuah cerita inspiratif tentang
upaya pengembangan sektor pariwisata, konservasi lingkungan, dan ekonomi
kreatif ; UMKM bertumbuh untuk masyarakat pesisir.
Pantai Mapak Indah yang secara administratif masuk dalam
Kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan Sekarbela, merupakan salah satu destinasi
wisata pantai yang cukup populer di Kota Mataram. Terletak di pesisir barat dan
mudah terlihat saat melintasi jalan lingkar Selatan Mataram.
Seperti juga Pantai Loang Baloq, Pantai Tanjung Karang, dan Pantai Gading yang satu pesisir, di Mapak Indah tersedia belasan kafe tongkrongan dengan desain kekinian. Cocok untuk rekreasi santai sambil menunggu sunset datang. Bedanya, Pantai Mapak Indah sudah ditetapkan sebagai destinasi eco dan eduwisata. Karena dibanding destinasi pantai lain di pesisir yang sama, hanya di sini yang punya konservasi penyu yang dikembangkan.
"Kelebihan dan daya tarik kami di Mapak Indah, adalah
konservasi penyu ini. Sehingga konsep kami pun menjadi ecowisaa dan eduwisata.
Banyak pengunjung terutama anak sekolah datang untuk melihat dan mengenal
penyu," kata H Mahendra Irawan (45), pengelola Pantai Mapak Indah.
H Mahendra Irawan atau yang kerab disapa Awan, tengah
membenahi dudukan plank telur penyu di lokasi penetasan, Jumat sore 16 Desember
2022, saat Mandalika Post berkunjung ke Pantai Mapak Indah.
"Tidak banyak yang mau mengerjakan (konservasi penyu).
Karena penyu ini nggak ada uangnya. Kalau tidak dikerjakan dengan hati dan
keikhlasan, pasti nggak berhasil," katanya.
H Mahendra Irawan, pengelola eduwisata Pantai Mapak Indah. |
H Mahendra Irawan adalah nominator, pemenang juara 2 nasional CSR Award PLN di tahun 2020. PLN menjulukinya : The Local Hero, Penyelamat Penyu Lombok. Berkat kegigihannya melestarikan penyu, dan dukungan PLN, Awan mampu menyulap kawasan Mapak Indah yang tadinya terbengkalai menjadi destinasi wisata.
Di bawah tahun 2010, Pantai Mapak Indah hanya sekadar pantai
di mana masyarakat nelayan mencari ikan. Hanya sebagian masyarakat lokal
memanfaatkannya untuk berekreasi, mandi di pantai. Kesannya masih kumuh dan
tidak tertata.
Awan memiliki lahan seluas 30 are di sana, hasil warisan
orangtuanya. Sejak 2006, ia hanya berpikir bagaimana agar lahannya tidak
gersang, ia mulai menanam puluhan bibit pohon, cemara laut, ketapang dan
kelapa.
Banyak Rintangan Mengelola Pantai
Bibit yang ditanam Awan pada 2006 akhirnya tumbuh menjadi
rindang pepohonan untuk berteduh membuat tahun 2009 - 2010, kawasan itu menjadi
tempat rekreasi masyarakat lokal sekitar.
"Kemudian di tahun 2011, ada program Lasitarda di
Lombok, dan kawasan kami dilirik sebagai lokasi Volly Pantai," ujarnya.
Latihan Integritas Taruna Wreda Nusantara (Lasitarda) adalah
kegiatan para taruna dan taruni akademi kepolisian dan akademi militer. Di
tahun 2011 itu, lokasi milik Awan di Mapak Indah dipilih jadi lokasi Volly
Pantai. Pasca Lasitarda, Awan mengembangkan tiga lapangan Volly Pantai di
kawasan. Tapi itu tak berjalan lama, pemerintah setempat sempat hendak
menggusur lokasi Awan, karena berpikir kegiatan yang dilakukan Awan berada di
atas asset milik Pemkot Mataram.
Namun, rencana penggusuran gagal. Awan berhasil memperoleh
Sertifikat Hak Milik (SHM) dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Mataram di
tahun yang sama.
"Karena ada SHM itu, saya akhirnya dipanggil pak
Walikota (Mataram). Saat itu masih pak H Ahyar Abduh. Di pendopo Walikota,
beliau tanya ke saya, apa yang akan saya kembangkan dan apa konsepnya,"
kenang Awan.
Awan mengaku menyampaikan bahwa dirinya bermimpi membangun
destinasi wisata di Pantai Mapak Indah. Menurut dia, Mapak Indah bisa menjadi
destinasi baru berbasis lingkungan dan masyarakat yang menjadi kiblat
pariwisata di Lombok. Saat itu ia membayangkan ada semacam etalase Kota Mataram
di sana. Ada masjid terapung, gerai UMKM dan kuliner.
Konsep itu disampaikannya ke Walikota Mataram, H Ahyar
Abduh. Ide ditangkap, namun pendanaan tak mudah. Walikota meminta Awan membuat
tiga proposal, untuk Walikota, Wakil Walikota, dan Ketua DPRD Kota Mataram. Tapi
harapan tinggal harapan. Proposal Awan tak ada kabar jawaban.
"Suatu ketika di tahun 2015, saya dapat kabar ada dana
turun sekitar Rp200 juta - Rp250 juta untuk konsep pengembangan Mapak Indah.
Tapi entah, dana itu justru disalurkan ke Pantai Gading," katanya.
Pantai Gading adalah kawasan bertetangga dengan Mapak Indah.
Tahun 2015, Pantai Gading ditata dan dilengkapisejumlah fasilitas, seperti mushola,
toilet, dan lapak UMKM. Kawasan juga menjadi viral di media sosial dan ramai
dikunjungi.
Viralnya Gading membuat Mapak Indah terimbas. Limpahan
pengunjung juga datang ke Mapak Indah yang saat itu masih minim fasilitas. Awan
mengaku agak kecewa saat itu. Lantaran dana yang seharusnya untuk Mapak Indah
dialihkan ke Gading.
"Tapi apakah masalah dana dan harapan-harapan itu
membuat saya kecil hati?, Alhamdulillah, tidak. Saya tetap berusaha, hingga
satu saat saya terpikir tentang Penyu," katanya.
Menurut Awan, kawasan pantai Mapak Indah menjadi lokasi
tempat bertelur Penyu sejak dulu. Kepeduliannya untuk melestarikan satwa
dilindungi ini pun muncul di tahun 2016.
Bermodal uang pinjaman sebesar Rp2,5 juta, Awan mulai
membuat kolam penyu dan lokasi penetasan telur. Pertengahan 2016, Awan berhasil
menetaskan sekitar 300 telur penyu, jenisnya Penyu Lekang (Lepidochelys
Olivacea) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata).
Kolam penyu yang dibangun mulai menampung tukik hasil
penetasan. Tak dinyana, kolam ini memancing minat pengunjung untuk datang.
"Ternyata ada pengunjung yang datang dan memviralkan
penyu ini di jejaring facebook. Jadi tahun 2016 itu Mapak Indah mulai dikenal
sebagai lokasi wisata penyu," katanya.
Namun tak semulus itu. Pola pelestarian yang swadaya dan
Awan yang masih buta tentang aturan konservasi membuat ia harus berurusan
dengan pihak Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar
Wilker NTB.
Petugas BPSPL
mendatangi Awan. Awan diselidiki karena dicurigai membeli tukik atau anakan
penyu dari tempat lain untuk ditampung di Mapak Indah.
"Waktu itu yang datang bernama pak Barmawi. Saya bilang
bahwa penyu ini hasil tetasan telur sendiri. Dan untuk meyakinkan saya meminta
mereka dan tim mahasiswa Brawijaya dan UI agar melihat sendiri. Mereka berdiam
sekitar 2 bulan untuk melihat sendiri, bagaimana induk penyu naik ke darat dan
bertelur, hingga proses penetasan,"katanya.
Berhasil meyakinkan pihak BPSPL Denpasar Wilker NTB,
kegiatan Awan kemudian mendapat dukungan. Namun bentuknya bukan pendanaan,
melainkan edukasi tentang penyu. Sejak itu Pantai Mapak Indah mulai viral
sebagai pantai penyu. Ini potensi baru untuk eco eduwisata, dan baru ada di
Kota Mataram.
"Tahun 2017, keviralan pantai penyu ini dilirik PLN UIP
Nusra. Petugasnya bernama Gredy mendatangi saya saat itu," kenangnya.
Saat itu, proyek pembangunan unit power plant ; Pembangkit
Listrik Tenaga Mesin Gas Uap (PLTMGU) Lombok Peaker berkapasitas total 136-Megawatt (MW) sedang berjalan di kawasan pantai Tanjung
Karang. Hanya sekitar 5 Km dari Pantai Mapak Indah.
Program CSR PLN tertarik dengan aktivitas konservasi yang dilakukan Awan. Ia pun difasilitasi membentuk kelompok dan menularkan kepeduliannya tentang penyu terhadap masyarakat sekitar.
Anak sekolah ikut program edukasi tentang Penyu di Pantai Mapak Indah, Kota Mataram. |
Dengan dana Rp10 juta dari PLN, Awan mengumpulkan sekitar 150 orang warga sekitar. Rerata profesi mereka adalah nelayan. Namun setelah edukasi dan sosialisasi, hanya beberapa saja yang tertarik. Mereka kemudian membentuk Kelompok Masyarakat Peduli Penyu Mapak (KMP2M.
Dana yang didapat digunakan untuk konsumsi dan biaya
kegiatan. Masih tersisa sekitar Rp5 juta, yang dimanfaatkan kelompok untuk
memperbesar kolam tukik penyu, dan merapikan lokasi penetasan telur. Keberhasilan
Awan dan kelompoknya memberi kepercayaan besar bagi PLN. Tahun 2018, dana CSR
PLN disalurkan melalui PLN UIP Nusra sebesar Rp200 juta.
"Dana Rp200 juta itu kemudian kami gunakan untuk
membenahi kolam dan lokasi penetasan, membentuk balai edukasi, dan penataan
kawasan," katanya.
Penetasan telur penyu berkembang, di tahun 2018, bisa
menetaskan lebih dari 2.000 butir. Kolam yang dibangun juga lebih besar dan
ideal. Dampak keberadaan pelestarian penyu di Mapak Indah mulai terasa.
Pengunjung bayak yang datang. Sejumlah sekolah setingkat TK, SD dan SMP, juga
menyediakan waktu ekstra untuk anak didik berkunjung ke mari.
Tahun 2019, Awan dan kelompoknya kembali menerima dana
sekitar Rp200 juta dari PLN UIP NTB. Itu digunakan untuk pembangunan gapura
kawasan, penataan lapak UMKM dengan konsep kafe, dan melengkapi fasilitas
wisata dengan mushola, toilet, dan areal parkir di kawasan.
Pantai Mapak Indah berdiri sekitar 20-an kafe, yang
masing-masing mempekerjakan 6 - 8 orang dari masyarakat sekitar. Pengunjung
yang ingin memiliki pengalaman merilis tukik penyu ke lautan, juga bisa
mengakses melalui pola adopsi dengan biaya sukarela.
"Tukik penyu hasil penetasan kita rilis kembali ke
laut. Banyak pengunjung yang juga merilis, polanya adopter dengan biaya
sukarela. Nah dana itu yang kita kelola untuk tiga hal, yang pertama
operasional pakan dan pemeliharaan tukik, untuk jasa kebersihan dan keamanan
yang menggunakan tenaga lokal, dan untuk pengembangan kawasan," katanya.
Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Uap (PLTMGU) Lombok
Peaker berkapasitas total 136-Megawatt
(MW) resmi beroperasi dan memperkuat keandalan daya listrik di Pulau Lombok
sejak 2020. Bersamaan dengan itu, kelompok binaan CSR PLN UIP Nusra di Pantai
Mapak Indah mulai berjalan. Sejumlah pejabat BUMN, PLN dan Kementerian lainnya
kerab berkunjung dan melepas tukik di Mapak Indah. Ditahun yang sama, Gubernur
NTB, Dr H Zulkieflimansyah mendorong kawasan ini menjadi destinasi eco
eduwisata di NTB, dan meminta Dinas Perikanan dan Kelautan serta Dinas
Pariwisata NTB turut mensuport kebutuhan destinasi.
Berdasarkan data, untuk kurun waktu sepanjang tahun 2022
ini, kelompok KP2M sudah melakukan edukasi sebanyak 170 kali, dengan rata-rata
kunjungan perbulan mencapai 1000 orang. Dari total kunjungan tersebut di
dominasi oleh anak - anak Sekolah Dasar dan Taman Kanak-kanak.
Kelompok KP2M memiliki agenda rutin dengan beberapa
komunitas di antaranya komunitas guide gili trawangan, himpunan nelayan tanjung
luar dan pokdawis tanjung luar, berupa pelepasan penyu ke lautan dengan
jumlah paling sedikit 30 sampai 100 ekor penyu per kegiatan.
Berdasarkan catatan Kelompok KP2M, sampai dengan pertengahan
tahun 2022, KP2M telah menetaskan lebih dari 8 ribu telur penyu, dan yang telah
berhasil dikembalikan ke habitatnya sejumlah 5 ribu tukik/penyu.
Senior Manager Perizinan, Pertanahan dan Komunikasi PLN UIP
Nusra, Otong Sugiyono mengatakan, PLN akan terus mendorong dan mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang telah dijalankan. Salah satunya di lokasi
konservasi penyu di pantai Mapak Indah.
“Untuk mendukung kegiatan Eduwisata secara berkelanjutan,
PLN akan memberi dukungan sarana dan prasana edukasi di area Kawasan sehingga
dapat di manfaatkan oleh anak sekolah hingga mahasiswa yang berada di Pulau
Lombok nantinya,” katanya.
Menurut Otong, perkembangan yang terjadi saat ini di pantai
Mapak Indah, merupakan suatu wujud nyata peran PLN dalam isu – isu lingkungan
dan pemberdayaan masyarakat dan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian bagi
kelompok pengelola dan masyarakat sekitar.
"PLN terus berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan,
membangun infrastruktur kelistrikan merupakan tugas pokok PLN, dengan tetap
menghadirkan peran sosial lingkungan yang tepat, seperti di kawasan Konservasi
Pantai Mapak Indah," ujar Otong.
Pantai Mapak Indah menjadi saksi bagaimana H Awan Mahendra,
bisa dibilang pioner penggerak kesadaran menjaga lingkungan, khususnya populasi
Penyu yang dilindungi. Di tahun 2020, ia menjadi nominator anugerah CSR PLN dan
meraih juara dua. Seingat Awan, tak ada hal yang sulit dan ilmiah yang ia
sampaikan di saat mempresentasikan upayanya.
"Waktu itu presentasi via zoom meeting. Yang bertanya
dan menguji saya itu ada dari Universitas Brawijaya, UI, dan pejabat BUMN
pusat. Saya cuma bilang, bahwa setahu saya, Penyu ini memakan ubur-ubur di
lautan, dan dalam beberapa kasus ubur-ubur bisa menyebabkan kerusakan pada
generator PLN. Jadi sejatinya Penyu dan PLN ini ada kaitan yang erat,"
ujar dia.
Sanctuary Penyu Kuranji Bangsal
Seperti di Pantai Mapak Indah, PLN melalui program CSR PLN
Wilayah NTB juga mendukung kegiatan yang
sama di Pantai Kuranji Bangsal, Desa Kuranji Dalang, Kecamatan Labuapi, Lombok
Barat. Pantai Kuranji Bangsal saat ini terus dikembangkan menjadi destinasi
eduwisata. Selain panorama pantai yang indah, kini di kawasan juga ada
Sanctuary Penyu yang menarik untuk dikunjungi.
Penataan sanctuary sebagai pusat konservasi penyu yang
dikelola kelompok Kerabat Penyu Lombok ini, semakin lengkap dengan dukungan
sarana dan prasarana dari PLN NTB.
"Alhamdullilah sanctuary penyu ini bisa menjadi salah
satu ikon eduwisata di pantai Kuranji ini," kata Ketua Kelompok Kerabat
Penyu Lombok, Masnun.
Ketua Kelompok Kerabat Penyu Lombok, Masnun di Sanctuary Penyu Pantai Kuranji Bangsal, Lombok Barat. |
Di dalam kawasan konservasi, terdapat area penetasan telur penyu, kolam pemisahan tukik, dan kolam pemyu dewasa. Sebuah bangunan juga didirikan sebagai tempat untuk edukasi tentang penyu kepada pengunjung yang datang.
Menurut Masnun, bangunan sanctuary dan pagar keliling
kawasan bisa berdiri dengan sarana dan prasarana yang cukup lengkap berkat
bantuan dari PLN NTB di tahun 2021. Bantuan serupa kembali di terima di tahun
2022 ini.
"Sebelum ada bantuan PLN, sanctuary kita kelola
seadanya. Belum ada pagar keliling di area penetasan telur, dan belum ada
bangunan yang bisa difungsikan sebagai tempat edukasi. Sekarang, setelah
dibantu PLN, kondisi kelompok kami jadi lebih baik,” ujar dia.
Masnun menjelaskan, Kelompok Kerabat Penyu Lombok
beraktivitas secara swadaya sejak 2015 silam. Berawal dari keprihatinan
terhadap ancaman kepunahan satwa penyu, Masnun dan sejumlah pemuda setempat
menggagas inisiasi pelestarian penyu.
"Saat itu ada petugas dari BKSDA NTB yang datang
memberi sosialisasi dan edukasi tentang penyu ini, dan kami mulai bergerak
dengan kelompok," katanya.
Pantai Kuranji selama ini menjadi habitat penyu. Penyu
betina yang hendak bertelur pada musimnya akan naik ke darat. Hanya saja,
praktik perburuan dan penjualan telur penyu yang sempat terjadi dulu, membuat
populasi penyu bisa terancam punah di kawasan itu.
"Dulu telur penyu ini diambil dan dijual ke pasar oleh
masyarakat. Tetapi sejak 2015 kita edukasi masyarakat dan mulai melakukan upaya
konservasinya meski dengan banyak keterbatasan," kata Masnun.
Lokasi konservasi Penyu di Pantai Kuranji Bangsal, Lomnok Barat. |
Masnun bersyukur, inisiatif kelompok kemudian mendapat perhatian masyarakat dan banyak pihak. Terutama dari PLN NTB yang dinilainya sangat peduli dengan pelestarian penyu dan pengembangan konsep eduwisata di Pantai Kuranji ini.
“Terima kasih untuk PLN. Kami sangat terbantu sekali.
Bantuan ini tentunya akan meningkatkan upaya konservasi penyu, utamanya
jenis penyu Lekang dan penyu Hijau yang akan terus kami kelola,” ujarnya.
Senior Manager Keuangan Komunikasi dan Umum PLN NTB, Refa
Purwati mengatakan, PLN NTB akan terus mendorong pengembangan eduwisata di
Lombok, termasuk di Pantai Kuranji.
Ia menjelaskan bantuan yang telah diserahkan PLN di tahun
2022 senilai Rp120 juta. Ini berupa penataan fasilitas penangkaran penyu
yang dilakukan dengan cara merevitalisasi bangunan fisik.
Menurut Refa, untuk mendukung kegiatan wisata edukasi secara
berkelanjutan, PLN juga membangun gedung serbaguna serta sarana dan prasarana
edukasi di area kawasan, yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa ataupun anak
sekolah yang berada di sekitar wilayah.
“Tentunya kami harap bantuan ini dapat memelihara habitat
alami penyu, meningkatkan populasi satwa penyu di Kuranji Dalang serta
meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya
pelestarian penyu,” kata Refa.
Sebelumnya, tambah dia, PLN juga telah memberikan bantuan
untuk Kerabat Penyu Lombok di tahun 2021 senilai Rp75 juta berupa pembuatan
pagar beton keliling lokasi pelestarian penyu Lombok untuk melindungi sanctuary
dari faktor ancaman dari luar.
Eduwisata Penyu dan Ekonomi Kerakyatan
Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) dan Penyu Sisik
(Eretmochelys imbricata) merupakan satwa yang dilindungi. Tanpa upaya
konservasi, dikhawatirkan polulasinya terus menurun dan bisa terancam punah.
Petugas PEH Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB,
Fakhrul Hady mengatakan, dari 7 jenis penyu di dunia, 6 diantaranya berhabitat
di perairan Indonesia. Dari jumlah itu, sekitar 3 atau 4 jenis berada di
wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Untuk di Pulau Lombok, hasil identifikasi kita itu ada
koridor penyu Lombok Barat dan koridor Lombok Utara. Titiknya ada di beberapa
spot pantai," kata Fakhrul, kepada Mandalika Post.
Aturan tentang perlindungan Penyu tercatat dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang KSDAE dan diperkuat dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Perlindungan Tumbuhan dan Satwa yang
didalamnya mengatur lebih dari 1000 jenis tumbuhan dan satwa dilindungi
termasuk penyu.
"Tapi karena upaya konservasi dibolehkan, maka kami
dari BKSDA melakukannya dan karena keterbatasan personil, kami libatkan
partisipasi aktif masyarakat," katanya.
Fakhrul mengatakan, karena hidup di dua alam, ancaman alami
penyu adalah faktor predator. Dalam sikulus rantai makanan, hal ini terjadi di
saat masa bertelur dan penetasan penyu.
"Penyu hidup di laut untuk feeding atau makan, dan di
darat dia breeding, berkembang biak dengan cara bertelur. Nah saat bertelur itu
ancaman alaminya adalah anjing dan biawak yang memakan telur, kemudian saat
menetas pun tukik yang turun ke laut bisa dimakan oleh jenis kepiting dan ikan
lebih besar," katanya.
Toh, yang paling mengkhawatirkan adalah ancaman dari faktor
non alami, yakni ulah manusia. Di tahun 90-an sampai 2000-an, masyarakat
pesisir di Lombok masih memilih jalan praktis, menjual telur penyu di pasar
jika ditemukan.
Harga yang mencapai Rp2000 - Rp2500 per butir saat itu tentu
menggiurkan. Apalagi setiap induk penyu bisa bertelur hingga tiga kali semusim
dengan jumlah telur rata-rata 150-200 telur di satu sarang.
Untuk mencegah perburuan liar penyu dan telur penyu BKSDA
NTB terus melakukan sosialisasi dan edukasi sejak awal 2013. Dua kawasan
Ekosistem Ekslusif (KEE) terbentuk di Lombok Barat dan Lombok Utara, termasuk
di Pantai Kuranji Bangsal.
Fakhrul Hady merupakan petugas PEH BKSDA NTB yang aktif
mendampingi kelompok peduli penyu di Kuranji Bangsal, dan di Nipah Lombok
Utara.
Menurutnya, keberadaan konservasi penyu inisiatif masyarakat
yang berfungsi sebagai pusat edukasi dan sosialisasi tentang satwa dilindungi
ini, sangat membantu menjaga populasi penyu di Lombok, NTB.
Dari segi ekonomis, rerata lokasi konservasi penyu dapat
berkembang menjadi destinasi wisata pantai baru dengan konsep eduwisata.
"Wisatawan dan pengunjung bisa menikmati pantai dan
melihat pusat konservasi penyu. Sementara aktivitas UMKM dan ekonomi kreatif
bisa berkembang dari masyarakat sekitar dan menggerakan ekonomi kerakyatan. Ini
yang kami lihat di beberapa lokasi konservasi penyu yang ada," katanya.
Berbeda dengan proyek lainnya, pembangunan pembangkit listrik PLN di pantai Tanjung Karang, Kota Mataram tak sekadar mampu memperkuat keandalan daya kelistrikan di pulau Lombok, NTB.
Pembangunan Lombok Peakers
juga memberi kontrbusi positif, mampu mengubah kawasan pantai yang tadinya
terbengkalai menjadi sebuah destinasi eduwisata, konservasi penyu, sekaligus
menggerakan pertumbuhan UMKM masyarakat pesisir di Kota Mataram dan Lombok
Barat. (*)