Kepala Sekolah SMAN 1 Woja, Eva Patriani, S.Pd., M.Pd bersama dia siswa menunjukan BBM hasil olahan sampah non organik di sekolah tersebut. |
MANDALIKAPOST.com - SMAN 1 Woja di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, punya cara kreatif untuk menumbuhkan kesadaran cinta lingkungan terhadap seluruh siswa. Setiap hari Sabtu, seluruhnya siswa diwajibkan untuk membawa sampah plastik ke sekolah.
Sampah plastik tidak hanya dari lingkungan sekolah, tapi juga dari luar sekolah. Cara tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap program zero waste yang dicanangkan Pemprov NTB sejak 2018 lalu.
"Siswa kumpul sampah sendiri, nantinya setiap hari Sabtu diolah," kata Kepala Sekolah SMAN 1 Woja, Eva Patriani, S.Pd., M.Pd, Rabu, 7 Desember 2022.
Sampah anorganik tersebut dalam bentuk ecobrick, yaitu botol plastik yang diisi padat menggunakan limbah sampah plastik dan nantinya dijadikan kerajinan seperti meja, kursi, sofa atau sekedar isi bantalan.
"Sampah plastik ini dijadikan kerajinan. Kalau sampah organik dijadikan pupuk kompos," ujarnya.
Eva mengatakan ide tersebut muncul sebagai bentuk keprihatinan terhadap banyaknya sampah plastik. Ide itu kemudian diperkuat dengan program Pemprov NTB tentang zero waste.
"Karena di sini konsen kita soal sampah. Itu selaras juga dengan program zero waste," katanya disadur dari koranntb.com.
Konsep ecobrick tersebut merupakan ide dari alumni SMAN 1 Woja yang pernah mengikuti pertukaran pelajar ke Australia. Sekembalinya di Dompu, alumni tersebut mengajar konsep menjaga lingkungan dengan memanfaatkan limbah anorganik untuk diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis dan kreatif.
BBM dari Sampah
Tidak hanya itu, SMAN 1 Woja juga membuat BBM setara premium berbahan sampah plastik. Proses pembuatan dengan memanfaatkan plastik yang dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam wadah, lalu dibakar.
"BBM itu yang digunakan sampah plastik kemasan gelas dipotong kecil-kecil. Ada alatnya dimasukan ke dalam wadah kemudian dibakar," katanya.
Setelah prosesi pembakaran, ada pipa yang menyambung untuk proses penyulingan menjadi minyak.
"Namun itu harus didinginkan agar dapat menjadi minyak. Proses sederhana melalui penyulingan sampah menjadi BBM yang setara premium," ujarnya.
Namun alat yang dimiliki saat ini masih sederhana. Eva berharap ke depan sekolahnya memiliki alat yang dapat digunakan untuk memproduksi minyak dari sampah plastik.