Cuma Ilustrasi. |
MANDALIKAPOST.com - Bukannya tidak menghargai dan ingin mendapatkan berkah Ramadhan, tapi kalau tidak bekerja anak balita Leni, pasti tak bisa makan.
Senin malam 10 April 2023 adalah waktu cukup aman untuk beberapa cafe tradisional membuka kembali operasionalnya. Ramadhan masuk pertengahan, razia sudah mulai tak segarang seperti di awal bulan. Cuma, operasional cafe tetap sembunyi-sembunyi dan melakukan pembatasan.
Leni (24), sebut saja namanya begitu, merasa bersyukur bisa memanfaatkan itu untuk kembali mencari cuan. Single parent dari balita 3 tahun ini hanya punya keahlian jadi cewek freelancer cafe. Pendamping tamu yang butuh hiburan malam.
"Tetap sih saya puasa. Tapi kalau malamnya nggak kerja, besok anak saya nggak bisa makan," kata Leni.
BACA JUGA : Fenomena Rojali, Cabe Cabean Dewasa Penikmat Sensasi Begituan
Sejak Ramadhan, Leni mengaku hanya bisa mengandalkan hidup dari sisa tabungan. Kondisi saat itu membuatnya tak bisa mendapat pencaharian.
Belakangan berbekal info dari mulut ke mulut, Leni pun menemukan tempat yang muali buka dan cenderung aman.
Leni mengaku bathinnya menangis. Sebab, lepas tarawih dia justru bekerja, di mana stigma buruk selalu melekat dalam pekerjaannya itu.
Tapi, dalam sudut pandang lain, tak ada seorang ibu di dunia yang tega dan membiarkan anaknya akan kelaparan.
"Kalau ada kerjaan lain pasti ini saya tinggalkan. Tapi kan kondisinya sulit, demi anak saya gapapa lah apa kata orang," ujarnya.
Tak hanya Leni, beberapa wanita muda seprofesinya juga mulai bekerja mencari cuan. Menjelang lebaran akan ada banyak kebutuhan.
Di saat beberapa rekannya memilih mudik ke kampung, sebagian besar di Jawa Barat, Siska (32) memilih tinggal diam di Lombok.
"Belum ada duit untuk Pulkam, jadi kerja dulu aja," kata Siska.
Menurutnya, saat ini lebih baik karena jarang saingan.Lebih banyak temannya pulang kampung.
Semalam Siska bisa menemani dua sampai tiga tamu. Walau katanya, cuma nyanyi dan menikmati minuman saja, tidak lebih.
"Ya pingin juga sih selama Ramadhan nggak kerja, tapi kan kebutuhan ekonomi mendesak," ujarnya.
Bagi Leni dan Siska, Ramadhan berjalan dengan caranya sendiri. Tanpa impian akan mendapatkan THR dan santunan lebaran. Mereka tetap harus berjuang hari demi hari agar bisa bertahan dan tetap bisa makan.
"Tetap sih kita ingin nasib berubah. Mudahan Ramadhan tahun depan semua menjadi lebih baik," kata Siska.