Ilustrasi. |
Puisi : Geger Abdullah*
DIKAU bagai terangnya rembulan malam ini,
Aku memujanya seperti memuji kecantikanmu
Namun sayang kecantikanmu hanya dapat ku nikmati sebagai pujian,
Aku selalu bertanya, mengapa ketika hatiku bergejolak menginginkan lebih dari sekedar pujian,
Engkau seakan menjauh bagaikan senja yang telah menebar kecantikannya lalu pergi dan menghilang.
Sayap-sayapku seakan terasa patah saat aku bertemu denganmu,
Hati ini terenyuh kembali mengingat semuanya,
Aku sadari berharap kepada sesuatu yang tak mungkin dimiliki adalah kemustahilan.
Aku telah mengerti banyak hal tentang kita,
Kau telah memilih hidup bahagia bersama dia,
Orang yang kau mungkin anggap mampu meberikanmu harapan-harapan dan kenyamanan yang tak pernah bisa aku berikan.
Bahkan saat ini untuk merasakan rindu saja rasanya aku tidak berhak merasakannya.
Rasamu dan rasaku memiliki banyak perbedaan, seakan-akan kehadiranku tidak pernah berarti apapun dalam hidupmu.
Aku berharap sebentar saja kau memikirkan tentang diriku,
Meski aku sangat merasa menjadi manusia bodoh yang berharap sesuatu yang tak mungkin.
Apakah kau tau hal yang menyakitkan.?
Saat ketika engaku merasa bersedih karenanya dan memilih mencari ketenangan sesaat bersama diriku,
Namun saat ketika perasaanmu pulih engkau kembali memilih bersama dia yang lebih sering menyakitimu dibanding aku yang selalu ada untukmu.
Kau tidak pernah tau rasanya memberikan harapan kepada orang yang berharap tapi tidak pernah diberikan kepastian.
Meski tidak bisa kujelaskan apa yang terjadi pada diriku,
Ya sudahlah, memang Cinta tidak pernah bisa dijelaskan tentang semua yang terjadi.
Semoga engkau selalu baik-baik saja,
Tapi satu hal yang kau harus tau,
Hadirmu telah mengubah banyak hal dalam diriku.
(Pantai Sunset Land, Mataram, 31 Juli 2023)
Penulis : Geger Abdullah, ialah mahasiswa Universitas Mataram.