MANDALIKAPOST.com - Peserta Pelatihan Jurnalistik Mandalika Post Training Center berkesempatan mengunjungi rumah kreatif The Griya Lombok, Sabtu 2 September 2023.
Sabtu siang, sekira pukul 14.00 Wita, saya dan teman-teman dari Mandalika Post Learning Center tiba di galery Paper Art, The Griya Lombok di jalan Layur Nomor 777, Ampenan Selatan, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.
The Griya Lombok merupakan tempat pengolahan limbah sampah kertas yang dijadikan ornamen karya seni bernilai estetik tinggi. Dibangun oleh ownernya Theo Setiadi Sutejo, kami menyapanya dengan panggilan Om Theo.
Om Theo menyambut hangat kedatangan kami.
"Mari masuk, minum dulu. Kita ngopi dulu, silahkan yang mau wedang rempah juga ada. Ayo mari, silahkan," ujar Om Theo dengan ramah sambil menyilakan kami menikmati minuman hangat.
Kopi sachet beragam jenis dan ada wedang rempah yang hangat tersedia di meja kecil. Minuman Wedang Rempah yang mengandung anti oksidan dan banyak manfaat lainnya mulai dari meningkatkan sel otak dan menyehatkan pencernaan, sungguh berkesan.
Saya terkesan dengan keramahan Om Theo, yang selalu hangat menerima kunjungan tamu yang datang. Lebih terkesan lagi dengan suasana galery The Griya Lombok. Ada berugak tempat kami disambut, ada gemericik air kolam yang membuat suasana terasa sangat alami.
Di galery berukuran 2,5 meter x 6 meter ada lebih dari 200 item produk karya Om Theo. Semua berbahan dasar dari limbah sampah kertas, sesuatu yang tadinya tak berguna bisa tampil indah dan bernilai tinggi di galery ini.
Ini yang membuat saya terkesan ; di tangan Om Theo limbah kertas yang semula tidak berharga atau bisa disebut sampah, bisa "disulap" menjadi kerajinan yang tak bisa dinilai dengan uang.
Sebuah kursi yang secara kasat mata adalah kursi kayu, namun ternyata terbuat dari limbah sampah kertas, ada juga meja dengan desain permukaan Pulau Lombok dan juga Pulau Sumbawa. Serta banyak lagi ornamen, hiasan dinding, lukisan, hingga asbak.
Yang membuat saya lebih heran lagi rumahnya Om Theo ini 30 persen dibuat dari bata berbahan baku sampah kertas yang ia buat.
Dalam kunjungan kami, Om Theo memberi kesempatan kami untuk terlibat dalam proses pengolahan limbah kertas.
Bahan kertas yang sudah dilebur seperti bubuk dicampur dengan lem kayu.
"Adik-adik silahkan campur ini seperti adonan membuat kue. Sampai bahan ini liat seperti tanah liat," ujar Om Theo.
Sepanjang kami mengaduk adonan kertas itu, Om Theo sambil menjelaskan setiap tahapannya.
Butuh waktu sekitar 30 menit untuk mengadonkan bahan kertas dengan lem kayunya. Bahan akan siap kita bentuk apabila sudah padat seperti tanah liat, kemudian siap untuk dibentuk menggunakan tangan.
Saya sendiri membentuk adonan kertasnya itu saya buat seperti wajah orang, yang dibalut dengan bunga yang bisa kita gunakan menjadi rambutnya. Kami bersama teman-teman membuat kerajinan masing-masing. Ada yang membuat asbak ada juga miniatur toilet dan lukisan.
"Semua proses ada 11 tahapan, yang ini masuk dalam tahap ke lima. Karena setelah dibentuk kemudian dijemur, lalu dihaluskan dan dijemur lagi sampai benar-benar kering. Setelah itu baru proses pewarnaan," kata Om Theo.
Selama kami berkunjung di The Griya Lombok, Om Theo banyak berbagi cerita tentang banyak hal. Tentang idenya membangun The Griya Lombok pada 2011 silam, hingga tentang mimpi-mimpinya membuat sebuah Museum Bumi.
Ada banyak hal yang inspiratif yang dapat saya dan teman-teman petik dari hasil kunjungan ke The Griya Lombok. Om Theo dan semangat kepeduliannya pada lingkungan hidup dan keberagaman. Hampir dua setengah jam berada disana, obrolan dan wawasan Om Theo benar-benar "daging" semua. (*)