Rahayu Kurniawati (29) sebagai peserta JKN yang terdaftar di segmen Pekerja Penerima Upah (PPU). |
MANDALIKAPOST.com - Untuk sebagian masyarakat mungkin masih banyak yang belum mengetahui jenis kista yang ada di bagian lapisan otak terutama di lapisan arachnoid. Terkadang mungkin hanya mengetahui tentang tumor otak atau kanker otak.
Kista arachnoid adalah jenis kista di otak yang paling sering terjadi. Kista ini terbentuk sebagai kelainan bawaan (kongenital), yang berupa suatu kantong atau balon yang berdinding tipis dan terisi oleh cairan otak. Kista arachnoid dapat didiagnosa dengan CT scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging). Tanda-tanda kista arachnoid yang tanpa gejala dapat terkadang terdiagnosis (terlihat) secara tidak sengaja karena pasien menderita penyakit lain, misalnya dilakukan CT scan kepala karena cedera kepala dan ternyata diketahui menmpunyai kista di kepala.
Inilah yang dialami oleh salah satu penyintas kista arachnoid, Rahayu Kurniawati (29) sebagai peserta JKN yang terdaftar di segmen Pekerja Penerima Upah (PPU).
“Gejala awal yang saya rasakan sejak di kelas 6 Sekolah Dasar (2006) sering mengeluhkan sakit kepala dan nyeri di sekitar mata, setelahnya di cek ke poli mata dan ternyata memang mengalami gangguan penglihatan yakni minus 1 pada awalnya,” ungkap Ayu sapaan akrabnya.
Ayu juga menceritakan setelah memasuki Sekolah Menengah Pertama sampai di Sekolah Menengah Atas, ia tetap mengalami sakit kepala berulang yang kadang tidak tertahankan sampai pernah pingsan di sekolah, sehingga pengurus Unit Kesehatan Sekolah (UKS) saat itu menyarankan untuk diperiksakan ke dokter spesialis saraf.
“Waktu itu di dokter spesialis saraf hasil pemeriksaan gelombang otak yang dilakukan melalui tes Electroencephalogram (EEG) mengalami kelainan dan dirujuk ke spesialis bedah saraf, dan benar saja ternyata hasil CT scan terlihat ada kista dilapisan otak dan lebih lanjut dilakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk melihat hasil lebih detailnya. Dari tiga pemeriksaan yang saya lakukan itu alhamdulillah syukurnya semua gratis ditanggung BPJS Kesehatan,” ujar Ayu.
Lebih lanjut, Ayu menuturkan oleh dokter spesialis bedah saraf menyarankan untuk dilakukan pengangkatan kista arachnoid tersebut dengan menggunakan metode Kraniotomi. Ini adalah tindakan membuat lubang pada tulang tengkorak atau wadah otak untuk mengurangi tekanan atau desakan terhadap otak di dalamnya, juga untuk mengambil penyakit atau memperbaiki struktur otak yang mengalami gangguan. Tindakan operasi kraniotomi dilakukan untuk membuat akses guna mencapai bagian-bagian otak yang perlu diperbaiki.
“Keyakinan yang kuat dari diri sendiri, restu orangtua, doa dari keluarga dan kerabat, akhirnya saya mantap untuk melakukan operasi dengan metode kraniotomi pada Oktober 2016 silam di RSUD Provinsi NTB. Alhamdulillah operasinya berjalan lancar, dan hanya dalam waktu seminggu saja sudah bisa diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Tagihan rumah sakit pun di waktu itu tidak ada yang saya bayarkan dari pribadi. Semuanya murni ditanggung oleh BPJS Kesehatan,” tuturnya.
Ayu menceritakan bahwa setelah operasi, ia pun harus tetap rutin kontrol ke rumah sakit dan minum obat yang diresepkan oleh dokter. Dirinya merasa dilayani dengan baik dan tidak ada perbedaan pelayanan yang diterima.
“Karena setelah kista arachnoid itu diangkat, gejala sakit kepala masih terus berulang sehingga terkadang jika sakitnya tidak tertahankan sampai rawat inap lagi di rumah sakit. Tapi untungnya saya menggunakan kartu JKN ini jadi tidak perlu bingung jika dirawat lagi di rumah sakit. Dari dulu pun pelayanannya sangat bagus, tidak ada yang dibeda-bedakan, tetap lancar, tidak ada membayar apapun. Sampai di 2023 ini pun tetap terbantu karena kartu JKN ini,” Ayu menceritakan.
Saat ditanya mengenai administrasi kepesertaan saat mendaftar ke rumah sakit dan pendaftaran saat berobat, Ayu menjelaskan jika ia mendapatkan kemudahan dan tidak ada kendala apapun. Begitu juga untuk pelayanan saat mendapatkan perawatan dan pelayanan obat-obatan saat di rumah sakit, dirinya mengaku tidak ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
“Jaman sekarang sudah serba digital, semua bisa dilakukan lewat handphone. Tinggal akses Aplikasi Mobile JKN, daftar ke faskes untuk ambil rujukan sampai daftar ke rumah sakit pun jadi gampang. Administrasi kepesertaan jadi sangat mudah. Pelayanan di rumah sakit sangat baik, dilayani dengan ramah, tidak dibeda-bedakan dengan pasien lain, tidak ada biaya apa-apa lagi yang mesti dikeluarkan, semuanya sudah dibayarkan dari BPJS Kesehatan. Jadi saya tidak keluar uang dan tidak merasa dibebani lagi, gratis, murni nol rupiah,” tambah Ayu.
Ayu juga memberikan harapan dan doa akan keberlanjutan Program JKN ini kepada BPJS Kesehatan. Ia mengaku dirinya sangat terbantu dengan adanya kartu JKN.
“Terima kasih untuk BPJS Kesehatan yang telah membantu saya dalam pelayanan pengobatan yang sudah saya jalani sejak 2006 lalu sampai saat ini masih saya jalani. Dengan hanya menggunakan kartu JKN ini, saya tidak perlu lagi mengeluarkan uang. Doa dan harapan saya semoga BPJS Kesehatan dengan Program JKN tambah maju, dan bisa membantu masyarakat Indonesia yang lainnya menjadi Indonesia sehat,” ungkap Ayu menutup percakapannya