Mahasiswa KKN Unram Tanggapi Masalah Sampah Organik dengan Budidaya Magot di Gili Indah. |
MANDALIKAPOST.com - Mahasiswa KKN PMD Universitas Mataram, yang berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara telah melaksanakan kegiatan sosialisasi mengenai magot yang berasal dari lalat BSF (Black Soldier Fly). Kegiatan ini dilaksanakan di aula kantor desa yang diikuti oleh masyarakat Desa Gili Indah.
Desa Gili Indah adalah kawasan pariwisata yang terkenal dengan "trip to 3 gili island" yang banyak dikunjungi para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Oleh karena itu, mahasiswa KKN Universitas Mataram melakukan sosialisasi mengenai magot untuk membantu mengatasi masalah sampah, khususnya sampah organik.
Sosialisasi ini dihadiri oleh Kepala Desa Gili Indah, Wardana S.Pdi, Sekdes Gili Indah Muzakie SH , Kadus 3 Gili, FMPL dan Pemuda Desa, Gili Care. Diharapkan dari tamu yang telah hadir, dapat termotivasi untuk menerapkan kegiatan budidaya maggot.
Kades Gili Indah, Wardana S.Pdi., mengatakan pihaknya mengapresiasi kegiatan KKN Unram di Desa Gili Indah.
"Kami berharap tidak berhenti di sosilisasi ini yaitu dengan hadirnya magot ini bisa mengurangi limbah sampah organik yang setiap harinya menghasilkan 10 ton di Gili Air saja belum di Gili yang lain," katanya.
Bisnis Manajer PT Ugotin, Windu Fajar Arum S.T, selaku pemateri menyampaikan sosialisasi terkait magot.
Windu memaparkan tidak perlu memiliki lahan yang luas untuk memelihara magot, cukup dengan ember atau baskom sudah bisa dijadikan tempat untuk menampung magot.
"Lalu, cara merawatnya sangatlah mudah hanya perlu menyiapkan makanan yang sudah basi atau sisa bahan makanan yang ada di dapur, dan itu sudah cukup untuk mereka tumbuh dan berkembang," ujarnya.
Dijelaskan, pemeliharaan magot ini sangat bermanfaat untuk kebersihan lingkungan, terutama mengurangi polusi udara dari bau busuk sampah organik. Selain itu, magot juga dapat mendatangkan uang bagi pemiliknya, magot bisa dijadikan sebagai pakan hewan ternak seperti unggas dan sebagai pakan kucing dengan cara disangrai atau dioven terlebih dahulu.
"Baby magot (bibit maggot) juga bisa dijual jika ada pengusaha yang berniat berternak maggot. Terakhir, dari kotoran magot tersebut bisa dijadikan sebagai pupuk organik. Dari pemeliharaan magot, semuanya terpakai tidak ada yang terbuang," paparnya.
Tidak hanya pemaparan materi, pihak mahasiswa KKN juga mengadakan sesi praktik budidaya maggot bersama peserta. Mulai dari pemindahan telur, menetasnya telur menjadi baby maggot (bibit maggot), fresh maggot (maggot yang usia 1–14 hari), pupa (maggot yang berhenti makan), pre pupa (maggot yang jadi kepompong), lalat BSF. Siklus perkembangan maggot ini hanya memakan waktu selama 45 hari sampai menjadi lalat BSF.
"Kami sangat berharap kepada masyarakat gili indah agar mendukung serta berperan aktif dalam program pemanfaatan magot (BSF) sebagai pengurai sampah organik
Demikianlah rangkaian acara sosialisasi budidaya maggot oleh mahasiswa Universitas Mataram KKN Desa Gili Indah. Diharapkan kegiatan ini sebagai awal untuk mengatasi sampah organik yang ada di Desa Gili Indah ini," kata Ketua Mahasiswa KKN Unram Adrian Jaya Kusuma.