Ratusan wisatawan gagal muncak saat diperiksa di pos 2 jalur pendakian Sembalun. (Foto: Istimewa/MP). |
MANDALIKAPOST.com - Sekitar 148 wisatawan domestik dari sejumlah daerah di Indonesia gagal menikmati liburan pasca lebaran di puncak Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat karena tidak memiliki tiket resmi dari pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Para wisatawan tersebut sudah memesan paket jasa wisata pendakian Gunung Rinjani yang tingginya 3.726 mdpl melalui gabungan agen perjalanan wisata Open Trip (OT) bekerja sama dengan Trekking Organizer (TO/Senaru Basecamp) di Senaru, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.
Kepala Pos TNGR Resort Sembalun, Taufikurrahman membenarkan kejadian tersebut, ia mengakui pihaknya dapat informasi dari salah satu TO sekitar pukul 07.30 Wita. bahwa, pada hari Minggu 14 April kemarin ada sejumlah pengunjung yang terindikasi akan melakukan pendakian namun tidak memiliki tiket masuk yang resmi dari TNGR.
"Berdasar informasi tersebut, kami melakukan penebalan penjagaan di Loket dan di Pos II jalur Sembalun. Kemudian pada pukul 14.30 WITA, kami menemukan sebanyak 103 orang pengunjung yang tidak memiliki tiket masuk berada di Pos II," terangnya, saat dikonfirmasi media ini di Sembalun. Senin (15/4).
"Maka, pada saat itu juga langsung kami arahkan mereka balik arah, kembali keluar kawasan dan turun dari pos II tanpa kecuali," tegas Taufik.
Para wisatawan ilegal yang hendak mendaki tersebut, lanjutnya tiba di Dusun Bawak Nao, Desa Sajang tepatnya di kandang sapi tiba pukul 18.00 Wita.
"Pada saat itu juga Tour Lider rombongan OT asal Jawa Barat itu kami mintai keterangannya. Menurut dia (penanggung jawab OT) bahwa, sudah diselesaikan segala urusan yang berkaitan dengan kebutuhan dan akomodasi pendakian. Termasuk tiket, logistik dan jasa porter oleh salah satu TO di Sembalun," ujarnya, menuturkan kekecewaan para wisatawan tersebut.
Untuk itu, ia tidak bosan menghimbau kepada wisatawan atau pengunjung yang hendak mendaki gunung Rinjani untuk mengatur manejemen waktunya, agar tidak terulang kembali kejadian serupa.
Dan yang tidak kalah pentingnya diperhatikan oleh para wisatawan itu, kouta di gunung Rinjani. Apakah sudah full atau masih ada koutanya, karena di ketiga pintu masuk jalur Utara yakni jalur pendakian Sembalun Lombok Timur, Torean dan Senaru Lombok Utara per harinya itu 400 orang.
"400 orang itu untuk kouta umum atau reguler, selain itu pengunjung juga kami beri kemudahan untuk memilih alternatif lain. Yakni wisatawan bisa membeli tiket khusus lewat TO. Karena kouta khusus itu untuk para TO yang memiliki ijin dari TNGR, selain itu ya ilegal" jelas Taufik.
"Sekali lagi kami tegaskan lewat kesempatan ini, jangan mudah percaya terhadap informasi yang berkaitan dengan jasa dan mudahnya naik gunung Rinjani, cari informasi dari sumber yang terpercaya tentang mekanisme pendakian ke gunung Rinjani. Karena kejadian serupa seringkali terjadi, kasian kan teman-teman dari jauh dan sudah mengeluarkan begitu banyak biaya," katanya.
Salah satu ketua rombongan Open Trip, Farel asal Bandung mengaku kecewa karena tidak bisa menikmati liburan di gunung Rinjani. "Kami sangat kecewa, tidak bisa menikmati liburan di gunung Rinjani dengan kejadian ini. Kami sangat kecewa, sangat kecewa," ketusnya.
Farel bersama rombongannya sebanyak 60 orang jauh-jauh hari sudah mengatur waktu dan menabung untuk bisa ke Rinjani. Ia mengaku untuk berkunjung ke gunung Rinjani itu tidak mudah, dan perlu biaya besar serta mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.
Namun apa yang sudah direncanakan itu kandas di tengah jalan gara-gara mis komunikasi dengan salah satu TO Senaru. Menurutnya, ia bersama rombongannya kena tipu.
"Kita ditipu ini, bukan satu dua orang tapi ini ratusan orang. Sementara dari pihak TO pun tidak ada kebijakan terkait kejadian ini," kata Farel, dengan raut wajah kecewa.
Direktur PT CFD Traveller Sukabumi (OT) dari Jawa Barat, Feri Irawan Senin (15/4/2024) menyesalkan berita hoax yang beredar luas di tengah-tengah warga net terkait kejadian tersebut. "Apa yang diberitakan selama ini tidak benar adanya," pungkasnya.
Menurut Feri, pihaknya tidak pernah menelantarkan wisatawan di Gunung Rinjani karena apa yang dilakukan selama ini sudah sesuai dengan SOP dan mekanisme pendakian ke Gunung Rinjani.
"Kalau benar kami menelantarkan pengunjung, tidak mungkin saya sebagai owner PT datang langsung ke Sembalun-Lombok untuk memastikan benar dan tidaknya peserta OT tidak di ijinkan mendaki ke gunung Rinjani," kata Feri.
Untuk diketahui, lanjut Feri sekitar tiga Minggu sebelum pendakian pihaknya booking simaksi pendakian lewat TO Senaru. Setelah itu ia tanya langsung ke pihak TO, apa sanggup menerima tamu sebanyak 103 orang lebih.
"Jawabannya ia menyanggupi, kemudian saya teranfer DP. Kalau sudah teranfer DP, otomatis kan ia menyetujui kerjasama dengan kami," jelasnya.
Setelah itu, beberapa hari kemudian pihak TO selow respon, Ia terus menghubunginya lewat telpon baru lah di respon. Cuman pihak TO sendiri menyanggupi hanya 43 orang simaksi, sisanya tinggal 100 lebih belum dapat simaksi.
"Maksudnya kita itu, kenapa dari awal dia menyanggupi. Kalaupun pihak TO tidak sanggup dengan 100 lebih tamu, kita bakalan tidak akan berangkatkan peserta," kata Feri.
Untuk diketahui, katanya lebih lanjut bukan hanya kali ini ia membawa wisatawan ke gunung Rinjani. Jadi, sudah barang tentu ia paham SOP dan mekanisme pendakian di gunung Rinjani, rasanya tidak mungkin dia atau pun PT akan menelantarkan wisatawan di gunung Rinjani.
"Bukan hanya sekali kami bawa peserta OT ke Rinjani, ini yang ke delapan kali. Artinya kami tidak mungkin menelantarkan meraka, buktinya kami bertanggung jawab kepada peserta OT dengan tiga opsi," katanya.
Tiga opsi yang ditawarkan ke peserta OT tersebut yakni mengembalikan setengah uang peserta. Baik bagi yang ingin pulang kerumahnya masing-masing dan bagi peserta yang mau melanjutkan pendidikan ke gunung Rinjani.
"Bagi peserta yang ingin pulang kami sediakan satu bus, na untuk peserta yang hendak ke Rinjani kami juga kebalikan setengah uangnya. setelah itu diluar tanggung jawab kami," jelas Feri.
Ada sebagian peserta mengambil opsi mendaki ke gunung Agung di Bali mengganti kekecewaan mereka, karena mereka tidak jadi naik Rinjani. Khusus kelompok yang ini di kawal sampai tuntas hingga pulang ke rumah masing-masing.
"Itulah bentuk tanggung jawab kami sebagai owner, kalau benar kami menelantarkan mereka. Tidak mungkin kami menawarkan ketiga opsi itu dan mengembalikan uang mereka, meskipun setengah dari pembayaran," pungkas Feri.
Pada kesempatan itu, Feri meminta maaf kepada semua pihak terutama kepada yang merasa dirugikan. Menurutnya itu diluar kendalinya, dan kedepannya akan dijadikan pelajaran bekerja sama dengan TO nakal.
"Atas nama panitia dan Crowe OT, saya minta maaf kepada semua pihak atas kejadian ini. Karena itu tidak kami sengaja, kejadian ini murni di luar prediksi kami," ucapnya.