Rumah Sakit Umum Daerah Lombok Timur, dr. R. Soedjono, (Foto: Istimewa/MP). |
MANDALIKAPOST.com - Anda punya uang, kami siap layani, selain itu ada istilah sehat itu mahal. Begitulah kira-kira bahasa yang tepat menggambarkan peristiwa yang menimpa, Khairul Wardi, bocah 7 tahun asal Desa Kembang Kerang, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Bocah 7 tahun ini mengerang kesakitan, lantaran penyakit yang dideritanya. Tapi, apalah daya uang jadi penghalang penanganan di Rumah Sakit ternama di Lombok Timur.
Harapan keluarga membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Raden Soedjono Selong, agar ia sehat, seketika berubah jadi air mata.
Dikutip dari opsintb.com, bahwa Khairul Wardi, menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit tersebut. Nyawanya terganjal karena uang adminstrasi senilai Rp 1.000.000.
Ia menghembuskan nafas terakhir lantaran tak ada biaya untuk melakukan pemeriksaan scan penyakit pada otaknya.
Peristiwa yang menimpa Khairul Wardi, membuat Kepala Desa Kembang Kerang, Yahya Putra menceritakan, dirinya menerima telfon dari salah seorang warganya untuk meminta bantuan, supaya anaknya segera bisa diurus. Sebab, kata dia, mereka dimintai uang Rp1 juta agar Khairul bisa di tangani untuk melakukan scan.
"Saya bingung kok begitu caranya, saya bilang, jangan dah mereka cari biaya dulu kalau memang penanganannya cepat untuk segera mengetahui penyakitnya. Karena anak ini kan sangat kritis dan kejang-kejang harus tau cepat penyakitnya apa gitu," tutur Yahya Putra.
Dia menegaskan, sebab dari pihak rumah sakit meminta biaya dulu kepada keluarga anak itu. Baru pihak rumah sakit bisa menangani anak tersebut untuk melakukan pemeriksaan scan.
Lantaran di telfon dari warga mengenai kondisi anak itu, dirinya selaku Kades marah. Tak pikir panjang dirinya langsung telfon ambulance untuk membawanya ke rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit, tuturnya lebih lanjut dirinya menanyakan kepada petugas di lokasi tersebut, kenapa keluarganya belum ditangani.
Dia menceritakan, sebelum dirinya datang anak itu sudah kritis. Namu demikian, melihat pelayanan di RSUD Soedjono Selong, dirinya mengaku tak bisa menahan kekecewaannya melihat lambatnya penanganan terhadap anak itu.
"Jangan begitu caranya pak, dilayani dulu masyarakat," katanya sembari agak kecewa.
Ia merasa ada yang janggal. Sebab kata dia, rumah sakit sebesar itu masih saja pelayanannya jelek.
Dalam benaknya, timbul pertanyaan, kenapa seperti itu caranya melayani orang.
Buntut dari itu, anak yang lambat ditangani yang disertakan dengan keharusan ada biaya pemeriksaan scan itu, sebutnya, sudah kehilangan nyawanya tadi malam.
"Kelurga anak itu menangis, bahkan sampai mereka bilang dokter itu membunuh anaknya," terangnya.
Melihat kelurga anak tersebut menangis, dirinya pun mengaku tak kuasa menahan air mata.
"Saya tidak kuasa menahan tangis melihat anak itu karena lelah kesakitan, sehingga saya sangat merasa kecewa banget dengan pelayanan rumah sakit itu," tegasnya.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Soedjono Selong, yang dihubungi via WhatsApp, belum ada tanggapan.