Pengamat Politik UIN Mataram, Dr Ihsan Hamid. |
MANDALIKAPOST.com - Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Dr Ihsan Hamid, menilai sejumlah survey elektabilitas bakal calon Gubernur dan Wagub tidak mempengaruhi sikap Parpol untuk mendukung dan mengusung Paslon.
Ihsan menilai, saat ini partai politik tengah mengulur waktu dan memainkan psikologis para Bacalon di Pilkada NTB.
"Saya tidak melihat parpol ini menjadikan hasil survey menjadi alasan utama pertimbangannya akan merekomendasi atau mendukung bacalon dan paslon. Oke, itu survey akan menjadi salah satu alat bantu, instrumen pertimbangan, tapi lebih jauh dari itu ada alasan - alasan pragmatisme, ada alasan historis hubungan baik dengan sosok atau figur bacalon dengan partai tertentu," kata Dr Ihsan Hamid di Mataram.
Ihsan mengatakan, dirinya setuju dengan asumsi bahwa parpol ini terkadang hanya menjadikan hasil survey sekedar alasan dibalik pragmatisme yang sedang mereka mainkan.
"Kenapa demikian?. Karena sesungguhnya hasil survey ini sudah terang benderang kok. Kenapa nggak kasih rekomendasi ke sana?. Tapi ini nggak, dia bermain tempo. Dia bermain, atau memainkan psikologis calon. Karena, semakin diayun semakin tinggi, semakin diayun nilai tawarnya makin naik," ujarnya.
"Karena teori ekonomi bermain semakin dibutuhkan tentu harga makin mahal. Kan begitu ??. Itu yang nggak bisa kita pungkiri, mereka sedang memainkan tempo," sambungnya.
Akibatnya, walau sudah ada beberapa Pasangan Calon Gubernur dan Wagub yang mendeklarasikan diri maju dalam Pilkada NTB, namun kepastian dukungan parpol masih misteri.
Berpotensi Tiga Poros Layaknya Pilpres
Dr Ihsan Hamid mengatakan, Pilkada NTB tahun 2024 ini berpotensi tiga poros atau searah dengan komposisi dukungan Parpol dalam Pilpres yang lalu.
Menurutnya, ada beberapa indikator yang menentukan jumlah komposisi di Pilkada NTB.
Pertama, motor Koalisi Indonesia Maju (KIM) di pusat. KIM di Pilpres kemarin yang menjadi lokomotifnya ialah Partai Gerindra.
"Jadi di Pilkada NTB, selama Gerindra belum memutuskan siapa yang akan diusung, maka secara psikologis partai lain di KIM akan mengayun. Kenapa? Karena Gerindra ini representasi kekuasaan lima tahun ke depan di level nasional. Maka semua akan menunggu arah itu, gitu lho," tukasnya.
Ia menilai, Partai Golkar dan yang lainnya pun akan mengikuti arah Partai Gerindra dalam Pilkada NTB.
"Maka bukan Golkar, di NTB Golkar jadi Folowernya Gerindra, begitu juga PKB dan begitu juga yang lain. Terutama partai yang bergabung dalam koalisinya Prabowo, itu berpotensi akan menjadi folowernya bacalon yang akan diusung partai Gerindra," papar Ihsan.
Menurut dia, hal itulah yang menjadi analisa yang muncul bisa jadi Pilkada NTB hanya diikuti dua atau tiga paslon.
"Karena memang semua masih misterius. Artinya semua menunggu sikap Gerindra," katanya.
Yang Kedua, lanjut Ihsan, sangat memungkinkan komposisi Pilkada NTB hanya dua atau tiga paslon. Sebab, memang itulah yang menjadi wajah dalam Pilpres kemarin.
Meski ada informadi koalisi Perubahan Nasdem, PKS dan PKB itu bisa akan dipecah, mungkin PKB akan masuk poros Gerindra sementara yang lain ke poros Perubahan.
"Akan tetapi kembali, saya meyakini itu barang yang mahal, kecuali atas keinginan istana itu kan mungkin saja. Tapi memang yang kita lihat Pilkada NTB ini rasa rasanya mengarah ke tiga poros," ujarnya.
Lalu siapa saja tiga Paslon yang berpeluang maju itu??.
"Bisa saja Iqbal yang masih misterius akan dapat dukungan Gerindra atau tidak. Kemudian bisa juga Rohmi-Firin, dan Zul-Uhel. Ya, bisa juga Gita Sukiman walau keduanya bukan kader, tapi peluang itu ada walau memang pasti costnya tinggi kan dibanding yang kader," ujarnya.
Ihsan menilai, paslon Zul - Uhel wajar karena Zulkieflimansyah petinggi PKS dan punya saham terbesar di koalisi Perubahan.
"Begitu juga Rohmi - Firin karena pasti Firin sudah mengunci PDIP. Kemudian Rohmi, walau ada desas desus ini itu tapi setidaknya sudah ada Perindo, lalu bisa saja PPP yang sejak awal ada disitu. Jadi punya jejak historis di Pilpres itu," urainya.
Selanjutnya, sambung Ihsan, tinggal Partai Gerindra akan mendukung ke Muhammad Iqbal atau Pathul Bahri selalu Ketua DPD Gerindra NTB. Atau justru ke Gita Ariadi.
"Tapi saya rasa Gerindra akan lebih ke Iqbal karena Iqbal punya kedekatan khusus dengan Prabowo. Nah, Gita Sukiman ini yang agak belum pasti, partai mana mau dipakai? apa Golkar kah atau Gerindra kah, PKB atau PPP kah. Semuanya belum pasti. Masih misterius semua," jelasnya.
Ihsan Hamid mengatakan, peta Pilpres kemarin juga yang menyebabkan munculnya asumsi arus menguat Pilkada NTB ada tiga poros.
"Karena apa?. Karena belum ada sinyal Ketua Parpol yang disampaikan ke Gita kah atau calon lainnya??. Semua masih memainkan psikologi calon hingga makin menaikan harga mendekati 27 - 29 Agustus mendatang," jelasnya.
Ia menilai semua parpol yang tergabung di KIM masih menunggu arah Partai Gerindra di Pilkada NTB.
"Partai Gerindra hari ini tak bisa dipandang sebagai partai yang biasa saja, dia itu pemenang pemilu dan pemimpin koalisi. Seperti halnya PDI Perjuangan 5 tahun lalu kan begitu?," tandasnya.
"Artinya apa? Variabel ini menentukan, kalau nanti Gerindra sudah clear ke Iqbal atau ke siapa, maka partai lainnya akan dengan cepat mengambil sikap. Karena nilai saham-saham ini sudah jelas harganya. Jadi saya kira semua masih menunggu arah itu," pungkasnya.