Menilik Serba-Serbi Pilkada NTB 2024

L. Guruh Virgiawan D. K
Sabtu, Agustus 10, 2024 | 15.40 WIB Last Updated 2024-08-12T01:07:36Z
Penulis : Lalu Muammar Qadafi



“Petahana tampaknya tidak percaya diri head to head”.


“Branding feminisme belum bisa dijadikan propaganda politik di daerah kita”.


“Mau pulangin seribu TKW aja ndak berguna jadi promosi, politik konvensional ndak berlaku di daerah kita ini”.



DI ATAS itu merupakan beberapa ungkapan dari teman-teman ketika diskusi minggu-minggu ini perihal kondisi politik di NTB sebagai pemantik terbitnya tulisan ini. Leluconnya, Tidak lupa setelah mereka mengungkapkan kalimat itu, terdengar seruput kopi setelahnya.



Kembali ke topik, kontestasi Pilkada NTB kali ini semakin seru untuk diperbincangkan, para paslon saling jegal-menjegal untuk mendapat dukungan Parpol (Partai Politik), saling klaim dapat dukungan dari parpol terus ditampilkan di pemberitaan media masa meskipun pada akhirnya tidak sesuai dengan kenyataaan yang ada, penghianatan terus ditampilkan atas kepentingan, dan lebih menjijikkan bagi para akademisi terkhusus orang bahasa, banyak diterbitkan tulisan yang terpampang di pojok bertulis ‘opini’ sebagai bentuk kampanye untuk paslon yang didukung masing-masing, sayangnya, tulisan itu jauh dari kaidah penulisan opini. 



Tetapi, tulisan ini tidak akan membahas hal yang menjijikan tersebut melainkan hal yang lebih kompleks dari itu. Kita bahas di lain waktu, tulisan selanjutnya.



Tampaknya, membahas satu-persatu kondisi para Cagub lebih menggairahkan untuk dibahas, sebab cerita politik kali ini dengan memposisikan diri sebagai akademisi sangatlah kompleks.



Ummi Rohmi


Pasangan Sitti Rohmi Djalilah mantan Wakil Gubernur NTB dan HW Musyafirin mantan Bupati Sumbawa dua periode, pasangan ini baru selamat dari sesak nafas gejolak dukungan partai, ditinggalkan PPP (Partai Persatuan Pembangunan) membuat pasangan ini hampir hilang di pertarungan Pilkada NTB 2024, untung saja PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) memberi surat rekomendasi untuk pasangan ini, satu-satunya partai harapan mereka yang menjadi defibrillator bagi pasangan ini.



Di luar dari keadaan politik pasangan calon ini, Ummi Rohmi, perempuan pertama yang mencalonkan diri sebagai calon gubernur di NTB. Sebuah perkembangan feminis yang halus di daerah NTB dalam keterlibatan kontestasi politik. Jika berbicara mengenai kepentingan politik seharusnya gagasan kesetaraan gender menjadi senjata besar bagi Ummi Rohmi, meskipun di banyak tempat Ia kadang membawa gagasan keterlibatan perempuan dalam pemerintahan. Ummi Rohmi, sebagai perempuan memang jauh terlibat di kepemerintahan 2018-2024, menjadi orang terbaik nomor dua di NTB, Wakil Gubernur NTB.



Namun, kali ini Ia mencalonkan diri menjadi Gubernur NTB atau istilah lain Pemimpin NTB, bukan sebagai Wakil Gubernur atau orang nomor dua lagi. Pertanyaannya, kenapa Umi Rohmi tidak sepenuhnya berbicara lantang memperjuangkan hak-hak perempuan menjadi seorang pemimpin?


Kenapa tidak terpampang di baliho-baliho besarnya dengan frasa ‘Pemimpin Perempuan NTB’?


Sebelumnnya, tulisan ini tidak akan bernicara panjang terkait feminisme, melainkan berbicara feminisme di dalam politik.


Dalam dunia politik itu penjualan besar untuk mengoleksi suara perempuan di NTB. Melihat sejarah, tokoh politisi perempuan dunia, Ellen Johnson Sirleaf Presiden Liberia ke-24 menjadi perempuan pertama yang terpilih sebagai kepala negara di Afrika. Sumber dari Wisconsin  Women Making History, sepanjang karir Ellen, Sirleaf telah menunjukkan kasih sayang dan komitmennya, memperjuangkan hak-hak perempuan dan mengadvokasi pendidikan, keadilan, dan kesetaraan untuk memberikan masa depan yang sukses bagi negaranya. Pada tahun 2011, Sirleaf dan dua perempuan lainnya dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian sebagai pengakuan atas perjuangan tanpa kekerasan mereka untuk hak-hak perempuan.



Lalu, kenapa dengan Ummi Rohmi?



Pertama, lawan politiknya tidak pernah terjerat kasus pelecehan seksual terhadap perempuan, meskipun kawan di kepemerintahannya, Zulkieflimansyah (Bang Zul), memiliki 4 istri, bahkan sampai pernah dilaporkan oleh istri ke-4 atas perilakunya yang tidak pantas terhadap istrinya tersebut, meskipun pada akhirnya tidak terdapat bukti, sumber kompas.com. Selain Bang Zul, terdapat Miq Iqbal sebagai lawan politik Rohmi yang terus membagikan potongan video keromantisan dan kesetiannya dengan satu istri.



Kedua, tampaknya sejarah mengikat Umi Rohmi, bermula dari Muktamar X Nahdlatul Wathan (NW) yang menetapkan salah satu putri pendiri NW, Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid, sebagai Ketua Umum PBNW (Pengurus Besar Nahdlatul Wathan) di Praya Tahun 1998. Penetapan itu ditolak oleh pihak Pancor dengan dalih Perempuan tidak diizinkan oleh agama menjadi seorang pemimpin. Oleh sebab itu, pihak yang mendukung Ummi Raihanun memindahkan pusat gerakan ke Anjani. Pihak Pancor kini menjadi NWDI (Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah) secara terpisah.


Meskipun banyak dalih Ketua PB NWDI belum menyatakan sikap akan mendukung Paslon mana di Pilkada ini sampai tulisan ini diterbitkan, pasti atau tidak pasti, PB NWDI yang dipimpin Tuan Guru Bajang akan tetap mendukung kakak kandungnya tersebut (Ummi Rohmi), pastinya. Tidak pastinya, jika memang PB NWDI masih tetap menjaga prinsipnya untuk tetap tidak mendukung perempuan sebagai Pemimpin, gejolak keluarga mungkin bisa saja terjadi kembali. Tetapi, sulit hal itu terjadi, kecurigaan saya ketimbang tidak mendukung kakak kandungnya tersebut, bisa saja TGB akan mendeklarasikan bahwa NWDI tidak akan terlibat dalam Pilkada kali ini dan NWDI akan fokus Khittah kaderisasi. Kepandaian TGB dalam politik tidak bisa diragukan, kemungkinan tim dari NWDI dikerahkan untuk tetap bertarung di Pilkada untuk Rohmi dengan alih-alih tidak mengatasnamakan NWDI. Akhirnya, kita akan kembali ke kalimat orang tua lama “aran bae poltik.


Seharusnya, NWDI sudah dari lama membahas terkait boleh tidaknya pemimpin perempuan ini di Muktamarnya dan hasilnya disebarluaskan atau mungkin penulis yang tidak mengetahuinya.


Bang Zul


Petahana kali ini, Bang Zul. Bersanding dengan mantan bupati Lombok Tengah dua periode 2008-2018, Suhaeli (Abah Uhel). Dikutip dari detikbali Bang Zul dan Abah Uhel unggul di lima lembaga survei. Wajar, sebab Bang Zul telah berhasil menguasai NTB di tahun 2018-2024 bersama dengan Ummi Rohmi. Timnya di waktu kepemerintahannya sudah terjaring, orang-orang yang diangkatnya di kepemerintahannya berani mati membelanya demi mengamankan jabatannya. Terkait survei, tidak dapat dipungkiri hasil survei bisa saja berubah dalam sekejap dengan gejolak-gejolak politik yang terbangun.



Bang Zul sebelumnya pernah mendeklarasikan diri dengan Ummi Rohmi di instagram milik pribadinya terkait Zul-Rohmi jilid 2. Sayangnya, secara mengejutkan Ummi Rohmi malah memilih untuk maju di sebagai Cagub di Pilkada 2024 bersama dengan Musyafirin. Sebenarnya, sudah terlihat sejak lama Zul-Rohmi akan pecah kongsi. Tidak dapat dibohongi para elit politik banyak mengetahui gonjang-ganjingnya di kepemerintahan mereka, ketidakakuran mereka menjadi sebab akhirnya Ummi Rohmi berpisah dengan Bang Zul.



Namun, tidak dapat dipungkiri, Bang Zul telah melakukan hal yang seharusnya Ia lakukan sebagai politisi, mempertahankan pasangannya yang memiliki basis masa terbesar di NTB. Belum lagi sokongan dukungan dari TGB. Sayangnya, gejolak di dalam kepemerintahan dengan Wakilnya tidak dapat dibendung, Ummi Rohmi memilih jalan yang berbeda.



Imbas gejolak itu ternyata tidak hanya didapat oleh Bang Zul yang ditinggal  Wakilnya, Ummi Rohmi pun kini harus menahan nafas di kerongkongan sebab tidak mendapat dukungan partai di Pusat sana. Efek itu akan menjadi pedang bermata dua bagi Bang Zul, suara Ummi Rohmi bisa saja akan berpindah untuk lawan musuhnya sebab gejolak masa lalu dan harga diri seorang Ummi Rohmi dan timnya yang telah mendeklarasikan diri berpisah dengan Bang Zul. 


Jika hal tersebut terjadi, bukan lagi Bang Zul yang digandeng Ummi Rohmi untuk menuju tahta seperti halnya Pilkada 2018, melainkan Ummi Rohmi yang telah terselamatkan oleh Bang Zul. Tetapi, jika Ummi Rohmi benar-benar kembali mendukung Bang Zul entah dengan kembali ditarik menjadi wakilmya atau dengan perjanjian politik di belakang, sungguh percaya diri Bang Zul dan timnya akan berucap “lawan kotak kosong” yang ditujukan untuk lawan musuhnya, yaitu Miq Iqbal. 


Tidak akan ada lagi narasi Bang Zul takut “head to head”. Tampaknya, itu yang terus dilakukan Bang Zul, merujuk kembali Ummi Rohmi dengan mencoba membangun narasi seakan-akan mendukung Ummi Rohmi untuk tetap ikut bertarung dalam Pilkada kali ini. Sebab, lebih tampak Bang Zul tidak lagi dapat dipercaya oleh Ummi Rohmi.


Memang benar, tidak semudah itu membaca alur politik, sebab masyarakat biasa hanya dapat menganalisa dari pemberitaan media yang ditampilkan tetapi cepat disalahkan dan dilaporkan dengan dalih hate speech dan menyebar berita hoax. Apapun bisa berubah dalam sekejap mata dengan perjanjian politik yang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak. Mengutip kalimat Bivitri di Film Dirty Vote, “tak perlu kepintaran atau kecerdasan, yang diperlukan cuma dua, mental culas dan tahan malu.”



Mamiq Iqbal


Lalu Muhammaq Iqbal mantan Duta Besar Turki 2018-2024 akan bersanding dengan Hj. Indah Damayanti Putri (Dae Dinda) Bupati Bima dua periode. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan Miq Iqbal selain Dae Dinda untuk bisa menandingi para calon yang lain. Tidak dapat dipungkiri, suara elektoral Mamiq Iqbal sangatlah rendah, tetapi hasil survei yang dilakukan OMI dan Poltracking terkait trend positif elektabilitas Miq Iqbal terus meningkat



Menarik, seorang diplomat non partai dan bukan seorang politikus tapi mampu mengeggerkan lawan politik dan menjadi perbincangan masyarakat di semua tempat. Saya mengingat kedatangan Bang Zul awal mencalonkan diri sebagai Cagub, banyak orang tidak mengetahuinya, karena Bang Zul bersanding dengan Ummi Rohmi pada akhirnya Bang Zul menjadi perbincangan bahkan sampai detik ini. Kini berbeda, Miq Iqbal mencoba membangun namanya sendiri dengan satu frasa di baliho pertamanya, "boleh kenalan?"



Tampaknya, saya baru membangun perbandingan satu paragraf saja sudah ada klaim dukungan di tulisan ini, semoga saja tidak.



Lanjut ke topik, siapa sangka Miq Iqbal bukan salah satu calon yang diperhitungkan, namun kini mendapat dukungan partai-partai dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) atau partai koalisi Prabowo. Tampaknya Presiden terpilih itu memiliki kepentingan di Miq Iqbal, mengingat NTB sudah menjadi perhatian bagi para investor asing dan kini mengharapkan seseorang (Miq Iqbal) yang memiliki jejaring luas di kelas internasional. Prabowo tampaknya berharap ke Miq Iqbal dapat memenuhi keinginannya membangun infrastruktur di NTB. Pantaslah jargon dari Miq Iqbal adalah "NTB Mendunia."



Sempat diragukan atas klaim yang dibangun oleh Miq Iqbal bahwa Ia adalah utusan dari KIM karena partai Demokrat yang awalnya mendukungnya malah berputar balik mendukung Bang Zul. Tetapi, hal tersebut dijawab olehnya, dalam satu bulan Ia mendapat dukungan dari 4 Partai langsung, yaitu PAN, Gerindra, PPP, dan PSI. Semua partai dilibas, terlihat melindungi diri agar tidak adanya lagi penghianatan partai untuk dirinya.



Langkah politik yang terstruktur dijalankan Miq Iqbal, mulai dari mengenali diri ke masyarakat. Tidak bisa dibohongi, sifatnya yang biasa disebut anak muda sekarang friendly, menjadi pendukung naiknya elektabilitas Miq Iqbal, semua anak kecil ditiba, semua orang dipeluk, semua kalangan diajak bicara, momentum itu yang terus dibagikan Miq Iqbal di sosial medianya. Jika berbicara kepentingan politik, benar saja itu merupakan kepentingan politik juga, tetapi lawan politiknya tidak dapat melakukan hal yang sama dengan Miq Iqbal.



Terbangun narasi bahwa Miq Iqbal sebagai Cagub representatif para pemuda. Hal itu Ia bangun mulai dari setiap Ia berbicara selalu menghadirkan fungsi pemuda di setiap narasinya. Tidak hanya itu, sedang jadi perbincangan dua orang Juru Bicara anak muda yang tidak memiliki latar belakang politik, ahli kuda dan satunya baru saja lulus kuliah S1 di Unram. Memang ini menjadi sedikit pertanyaan bagi semua orang, bahkan waktu itu salah satu teman berucap, "mau mengurusi kuda atau politik," ujarnya. 


Di antara semua lawan politiknya yang memiliki Jubir dengan kapabilitas memadai dan memiliki latar belakang yang jelas tetapi Miq Iqbal lebih memilih orang yang sudah pastinya akan diragukan masyarakat. Rasanya, hal itu dilakukan Miq Iqbal untuk menjawab dan membuktikan bahwa narasi Miq Iqbal Cagub Representatif pemuda benar faktanya.


Langkah yang terstruktur dan dinamis. Tetapi, harus tetap menerima fakta, mayoritas penjualan politik semacam itu belum laku bagi masyarakat NTB, masyarakat lebih menaati imamnya, perintah imam atau ulama lebih didengar oleh masyarakat luas NTB. Oleh sebab itu, politisi banyak menghadap ke tokoh-tokoh agama besar untuk mengharapkan suara jamaahnya. Tetapi, gerakan Miq Iqbal tetap tidak bisa dianggap remeh, gerakannya yang terstruktur seharusnya menjadikan pembelajaran bagi para lawan politiknya. Terlihat juga di pemberintaan media, setelah banyak mengantongi parpol, kini Miq Iqbal mulai turun mencari dukunagn ke tokoh-tokoh agama.



Dari perkembangan yang sudah dicapai, bukan tidak mungkin akan banyak kejutan lagi yang akan dilakukan Miq Iqbal untuk lawan politik dan masyarakat NTB untuk tetap menjaga eksistensinya di masyarakat.



Miq Gita


Mantan PJ Gubernur Lalu Gita Ariadi yabg bersanding dengan M. Sukiman mantan Bupati Lombok Timur dua Periode.



Bagaimana bisa banyak membahas terkait keseriusan Miq Gite untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur, sedangkan niat untuk mengundurkan diri sebagai ASN saja belum dituntaskan. Belum lagi parpol yang berniat mengusungnya belum terlihat.



Serba-serbi Pilkada kali ini selalu menarik untuk diperhatikan, setiap tim bertarung narasi untuk saling menjaga elektabilitas para petarungnya. Menurut saya, semua orang harus berbicara sebab petarung Pilkada kali ini begitu lengkap, si berkuasa, si tersakiti, dan si orang ketiga.



Kembali ke lelucon awal, jangan lupa ngopi lur!

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menilik Serba-Serbi Pilkada NTB 2024

Trending Now