Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi saat memberikan sambutan pada acara Temu Tani di Sembalun. (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKQPOST.com - PT Pupuk Indonesia menggelar rembuk tani di kaki Gunung Rinjani, tepatnya di Agrindo Farm Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Sabtu (28/9).
Acara ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara petani dan distributor pupuk, serta mendengarkan langsung aspirasi dan kendala yang dihadapi petani di lapangan.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, dalam sambutannya menekankan pentingnya swasembada pangan yang tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga pada ketersediaan benih lokal berkualitas.
"Mandiri itu bukan hanya produksi tapi benihnya juga harus mandiri kalau tidak yang namanya swasembada menjadi rapuh karena produksinya besar tapi importnya banyak," ujar Rahmad.
Temu tani ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan program Makmur, sebuah inisiatif dari Kementerian BUMN yang bertujuan meningkatkan produktivitas petani melalui berbagai program seperti pelatihan, pendampingan, dan akses permodalan.
"Makmur adalah program yang diinisasi oleh pak Erick Thohir menteri BUMN karena beliau sangat konsen bagaimana pertanian itu bisa lebih susah caranya lebih sehat bagaimana ya harus meningkat produktivitasnya," jelas Rahmad.
Salah satu fokus utama dalam temu tani ini adalah digitalisasi dalam sektor pertanian. Pupuk Indonesia telah berhasil mendigitalisasi proses penebusan pupuk di 27.000 kios, sehingga memudahkan petani dalam mengakses pupuk yang dibutuhkan.
Selain itu, perusahaan juga tengah berupaya meningkatkan frekuensi pendataan petani untuk memastikan distribusi pupuk yang lebih tepat sasaran.
"Pemerintah menginginkan penebusan pupuk yang lebih mudah tapi saat yang sama kami cukup subsidi harus ada pengawasan rekamannya," kata Rahmad.
Selain itu, Pupuk Indonesia juga mendorong penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan kualitas tanah dan keberlanjutan pertanian.
"Organik dimunculkan kembali kenapa organik penting karena kita sedang mau menggenjot produktivitas kalau mengejar produktivitas organiknya hilang ya paling bisa digenjot 23 tahun setelah itu akan terjun bebas," jelas Rahmad.
Temu tani ini menjadi wadah bagi petani untuk menyampaikan berbagai permasalahan yang dihadapi, seperti ketersediaan pupuk, akses permodalan, dan kendala dalam pemasaran hasil pertanian.
Aspirasi para petani ini kemudian didiskusikan bersama para distributor, pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya untuk mencari solusi yang tepat.
"Ini kita duluan kita kumpul bukan ini biasanya ada ee ada kiosnya ada petaninya ada ppl-nya dinas juga hadir Jadi kalau ada persoalan ya kita rebuk kita selesaikan terus sebelum masuk musim tanam," ujar Rahmad.
Rahmad berharap temu tani ini dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia.
"Harapan kita memang remuk ini menjadi bagian solusi dari masalah-masalah yang dihadapi yang secara insidentil itu dihadapi dan harusnya dilakukan oleh para penyuluh tapi sekarang di fasilitasi oleh pupuk Indonesia ini luar biasa," ujarnya.
Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan petani, diharapkan swasembada pangan di Indonesia dapat tercapai dan kesejahteraan petani semakin meningkat.