Dosen Universitas Islam Al Azhar melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Sajang, Sembalun, Kabupaten Lombok Timur. |
MANDALIKAPOST.com - Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang terdiri dari Baiq Santi Rengganis, Fathurrahman dan Sari Novida melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Sajang, Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.
Kegiatan ini merupakan salah satu capaian tri dharma perguruan tinggi dan didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi tahun anggaran 2024 (DPRTM DIKTI).
Salah seorang dosen, Baiq Santi Rengganis menjelaskan, kegiatan “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Inovasi Biji Kopi Sajang Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Produk Berbasis Model Ekonomi Sirkular Pada Kelompok Tani Sajang Lombok Timur” bertujuan untuk memberikan edukasi berupa pelatihan kepada mitra Produsen Bumi Tani Lestari.
"Edukasi tersebut berupa pelatihan pengemasan, literasi keuangan, up-grading product biji kopi, dan pelatihan pembuatan pupuk kompos dari ampas biji kopi. Mitra juga diberikan bantuan alat berupa alat penepung biji kopi, pencacah ampas biji yang nantinya bermanfaat untuk pembuatan pupuk kompos dan alat band sealer untuk pengemasan," kata Baiq Santi Rengganis.
Santi menjelaskan, ekonomi sirkular merupakan konsep dengan memanfaatkan setiap sumber daya yang digunakan agar lebih bernilai guna dan efisien dalam hal reduce, reuse dan recycle.
"Dimana dengan konsep ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah suatu produk. Setiap tahun aktivitas manusia selalu meningkat jika dibandingkan dengan sebelum dekade pada era 70-an," paparnya.
Hal ini mendorong setiap individu untuk menentukan tiping points dalam melakukan perubahan mendasar terhadap suatu kondisi lingkungan dan social berdasarkan sistem masyarakat modern.
Pada dasarnya dalam proses pembangunan berkelanjutan industry pertanian dan perkebunan memiliki peranan yang penting untuk dilakukan peningkatan nilai tambah. Salah satu tanaman perkebunan seperti tanaman kopi diketahui mampu menjadi sumber pendapatan masyarakat, kebutuhan konsumsi dan sebagai sumber devisa negara.
Baiq Santi mengatakan, pengembangan Kopi Di Nusa Tenggara Barat telah dicanangkan semenjak tahun 2011 dengan harapan NTB mampu memproduksi kopi “speciality” atau ciri khas Lombok yang diakibatkan oleh letusan Gunung Rinjani (data kopi di Indonesia dan NTB).
"Untuk dapat meningkatkan nilai tambah suatu produk dapat diselaraskan dengan menggunakan konsep ekonomi sirkular yang merupakan sebuah konsep dimana produsen dan konsumen menggunakan sumber daya secara berulang untuk memaksimalkan nilai guna sehingga terpakai secara maksimal dan efisien," tukasnya.
Desa Sajang yang terletak di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Desa Sajang merupakan desa yang memiliki beragam jenis destinasi wisata hingga agrowisata kopi sajang yang masih autentik.
Saat ini, kopi arabika beraroma seperti citrus, fruity dikatakan menjadi salah satu tanaman primadona yang dikembangkan oleh masyarakat guna berperan dalam peningkatan ekonomi dan kesejahteraan petani kebun khususnya di Desa Sajang.
Baiq Santi Rengganis menambahkan, kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan di Sembalun itu melibatkan mitra yakni Koperasi produsen Bumi Tani Lestari Indonesia sebagai koperasi produsen kopi yang berskala provinsi dengan anggota yang terdaftar sebanyak 37 orang.
Koperasi produsen ini berada di Dusun Sajang Desa Sajang, Kecamatan Sembalum Kabupaten Lombok Timur. Anggota koperasi produsen bekerja sebagai petani kopi yang masing-masing anggota memiliki lahan sekita 1 Ha yang berisi tanaman kopi, coklat, alpukat, vanili, pisang, cengkeh dan durian.
Menurut dia, perkebunan Sajang merupakan perkebunan yang bersifat organik yang artinya seluruh petani tidak menggunakan pupuk sintetis. Saat ini petani dituntut oleh konsumen untuk mengembangkan vanili organik namun petani belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen.
Selanjutnya, pengembangan kopi yang ada di Desa Sajang dengan konsep organic plant-based seharusnya mampu menjangkau pasar yang lebih luas, namun hal ini belum dapat dipenuhi oleh koperasi produsen diakibatkan kurangnya inovasi produk yang dapat meningkatkan nilai tambah.
"Walau berskala provinsi namun kelompok ini belum memiliki produk yang mampu bersaing di pasar luar padahal komoditi kopi yang dimiliki sangat baik," kata Baiq Santi.
Dikatakannya, kelompok koperasi produsen ini memiliki permasalahan dari segi hilir produk yakni pengemasan, inovasi produk kopi yang seharusnya bukan hanya sebatas kopi bubuk tapi lebih kepada kopi vanilla, kopi kemasan cup kids-friendly dan masih banyak inovasi lain yang seharusnya dapat dikembangkan agar dapat menambah profitabilitas. (*)