.jpg )
 |
| Ilustrasi - Nampak tanaman tomat salah satu warga petani di desa Pringgasela yang rusak akibat panas berkepanjangan. (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Fluktuasi cuaca yang ekstrem akibat peralihan musim saat ini berdampak buruk pada sektor pertanian di Lombok Timur. Salah satu komoditas yang paling terdampak adalah tanaman tomat.
Banyak petani mengeluhkan kematian tanaman tomat mereka dalam beberapa hari terakhir.
Deni Nurwahid Abi, seorang petani di Pringgasela, mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi tanaman tomatnya.
"Kita belum tahu penyebab pastinya, tapi kita duga ini akibat cuaca juga," ujarnya saat ditemui, Selasa (29/10) kemarin.
Ia menjelaskan bahwa biasanya dalam sekali tanam, ia bisa memanen hingga tujuh kali. Namun, dengan kondisi saat ini, ia pesimis bisa mencapai target tersebut.
Senada dengan Deni, Hikmah Fitriati juga mengalami hal serupa. Selain faktor cuaca, ia menduga kondisi tanah yang sudah lama tidak dibajak juga turut berkontribusi pada kematian tanaman tomatnya.
"Kerusakan ini mungkin juga akibat tanah yang sudah lama tidak dibalik," katanya.
Lebih lanjut, Hikmah menjelaskan bahwa ia telah melakukan perawatan tanaman secara rutin sesuai jadwal, namun tetap saja tidak bisa mencegah tanamannya mati.
"Pemupukan tetap kita lakukan sesuai jadwal dan kadarnya, tapi mungkin hanya ini rizki kita," ungkapnya.
Kondisi ini tentu saja sangat merugikan para petani. Pasalnya, harga tomat saat ini sedang mengalami kenaikan.
Hikmah menambahkan, "Padahal sayang sekali, harga tomat kini mengalami kenaikan," keluhannya dengan raut wajah tak bahagia.
Kematian tanaman tomat dalam skala yang cukup luas ini mengancam produksi dan pasokan tomat di pasar.
Petani berharap ada solusi yang dapat mengatasi permasalahan ini agar mereka bisa kembali berproduksi secara optimal.
