Ilustrasi - Jenis-jenis pupuk Indonesia. (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Jelang musim tanam (MT) III, Dinas Pertanian Lombok Timur memastikan ketersediaan pupuk untuk petani di wilayahnya tetap aman. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Pertanian Lotim, Sahri, saat ditemui usai sosialisasi kepada pengecer pupuk.
"Insyaallah tetap aman, karena ketersediaan pupuk kita masih cukup banyak, apalagi tahun ini kita sudah tiga kali mendapatkan penambahan," tegas Sahri, dalam rilis diterima media ini, Jumat (25/10).
Sahri menjelaskan, pihaknya telah melakukan rapat koordinasi intensif dengan distributor dan pengecer pupuk untuk memastikan distribusi pupuk berjalan lancar.
Hasilnya, lanjut Sahari ketersediaan pupuk jenis urea mencapai 33.313,62 ton, NPK 27.224 ton, NPK Plus 51.000 ton, dan yang cukup menonjol adalah pupuk organik sebanyak 30.226,9 ton.
Bahkan, Lotim menjadi satu-satunya kabupaten di NTB yang mendapatkan tambahan kuota pupuk organik.
"Tujuan utama rapat ini untuk mengetahui di mana pupuk-pupuk ini, jangan sampai pada saat petani membutuhkan pupuknya tidak ada," ungkapnya.
Lebih lanjut, Sahri juga menjelaskan bahwa pihaknya telah menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dan terus memperbaruinya setiap empat bulan sekali.
Hal ini dilakukan untuk memastikan semua petani terdaftar dan mendapatkan alokasi pupuk yang sesuai.
"Dipastikan pada musim tanam ini distribusi pupuk kepada petani tidak akan terlambat dan tidak terjadi kelangkaan pupuk," ujarnya optimis.
Meski ketersediaan pupuk dijamin aman, namun ada kekhawatiran yang disampaikan oleh para pengecer pupuk. Mansur, salah seorang pengecer di Lotim, mengungkapkan bahwa jatah pupuk yang diberikan kepada masing-masing petani mengalami penurunan hingga 50% dibandingkan tahun sebelumnya.
"Kebijakan ini langsung dari pusat. Petani tidak cukup dengan jatah itu. Sementara kita kan menyalurkan pupuk ini sesuai dengan yang ada di RDKK," keluh Mansur.
Mansur menjelaskan, berdasarkan pengalaman sebelumnya, kebutuhan pupuk petani dalam sekali musim tanam bisa mencapai 2-4 kuintal. Dengan jatah yang ada saat ini, dipastikan kebutuhan petani tidak akan terpenuhi.
Selain masalah penurunan jatah pupuk, Sahri juga menyoroti rendahnya minat petani terhadap pupuk organik. Menurutnya, masih banyak petani yang menganggap pupuk organik kurang efektif dan kualitasnya kurang baik.
"Pupuk organik kita sampai sekarang belum ada yang tertebus. Padahal yang paling bagus itu adalah menggunakan dua pupuk baik organik maupun non organik," ujarnya.
Sahri berharap ke depannya para petani dapat lebih terbuka terhadap penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan kualitas tanah dan hasil panen.