Komisioner Bawaslu, Samsul Hadi (dua dari kiri) saat memaparkan regulasi Pemilukada Lotim 2024. (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Institut Elkatarie Lombok, bekerja sama dengan Lembaga Kajian dan Penelitian Budaya (LKBB), menggelar acara “Sabtu Mekngkaji Pilkada Damai Di Kampus Perspektif Budaya” di ruang kampus Elkatarie pada Sabtu (23/11).
Acara ini dihadiri oleh Rektor Universitas Elkatarie, Asbullaah Muslim, S.Fil.I, M.Pd.I, serta para pemateri dari Bawaslu dan KPU Lombok Timur, yaitu Samsul Hadi S.IP. SH. MAP dan Suriadi M.Ay.
Dalam sambutannya, Rektor Asbullaah Muslim menekankan pentingnya menjaga budaya demokrasi di kalangan mahasiswa.
“Pilkada damai di kampus, khususnya dalam acara 'Sabtu Mengkaji', memiliki makna penting dalam membangun budaya demokrasi, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan. Ini adalah upaya untuk melahirkan generasi muda yang berintegritas, berwawasan luas, dan siap menjadi pemimpin masa depan,” ujarnya.
Asbullaah menambahkan, penting bagi akademisi untuk berpegang pada kebenaran dan integritas.
“Akademisi boleh salah, tetapi tidak boleh berbohong. Ketika kita melakukan kesalahan, kritik adalah hal yang lumrah dan harus diterima,” jelasnya, mengingatkan bahwa dunia akademis harus menjunjung tinggi etika dan kejujuran.
Sementara itu, Komisioner KPU Lombok Timur, Suriadi, memberikan pandangannya mengenai tantangan yang dihadapi dalam proses pemilu.
Komisioner KPU Lombok Timur, Suriadi (tengah dua dari kanan) saat pemaparan PKPU di hadapan para mahasiswa Elkatarie. (Foto: Rosyidin/MP). |
“Pada Pilkada kali ini, persentase pemilih yang menggunakan hak suaranya sangat tinggi, mencapai 80,56%. Harapan kita adalah angka ini dapat meningkat lagi,” katanya.
Suriadi juga menggarisbawahi pentingnya kesadaran masyarakat terhadap proses pemilu yang demokratis dan transparan.
Selain itu, Komisioner Bawaslu Lombok Timur, Samsul Hadi, menekankan bahwa pemilu yang damai dan berkualitas tidak akan tercapai tanpa pengawasan yang baik.
“Pemilukada tidak akan menghasilkan pemimpin yang baik jika tahapan pemilu tidak dilaksanakan sesuai dengan regulasi dan adat istiadat yang berlaku,” ungkapnya.
Ia menambahkan, “Kita semua, termasuk mahasiswa, memiliki peran penting dalam memastikan proses pemilu berjalan dengan baik," imbuhnya.
Samsul juga menyoroti pentingnya etika dalam pemilu.
“Budaya dan etika adalah hal yang tidak tertulis, tetapi lebih penting daripada produk hukum yang ada. Kita harus memastikan bahwa pemimpin yang dihasilkan adalah mereka yang memiliki visi dan komitmen yang jelas,” tegasnya.
Acara ini diakhiri dengan diskusi interaktif antara narasumber dan mahasiswa, yang membahas tantangan dan harapan mereka dalam menghadapi Pilkada mendatang.
Dengan mengedepankan perspektif budaya, Institut Elkatarie berupaya untuk menciptakan ruang diskusi yang konstruktif dan menyiapkan generasi muda yang siap berkontribusi dalam pembangunan demokrasi yang lebih baik di Indonesia.