Duka: Jenazah Rumintang, korban kecelakaan mobil di negara Malaysia. (Foto: Istimewa/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Duka dan Isak tangis keluarga mengiringi kedatangan jenazah Rumintang, seorang pemuda berusia 17 tahun asal Desa Denggen Timur, Kecamatan Selong, Lombok Timur masih menyelimuti keluarga korban.
Mimpi Rumintang untuk merantau ke Malaysia demi masa depan adiknya terpaksa kandas setelah ia menjadi korban kecelakaan maut menewaskan 17 orang pekerja migran Indonesia (PMI) di Jalan Pan Borneo, Sarawak, Malaysia, pada Kamis (21/11) lalu.
"Saya tidak pernah menyangka anak saya akan pergi ke Malaysia secara ilegal. Ia selalu bilang ingin merantau untuk memperbaiki rumah dan membiayai sekolah adiknya," ungkap Haeruman, ayahanda Rumintang dengan suara bergetar, saat dikonfirmasi.
Keinginan Rumintang untuk merantau sebenarnya sempat ditentang keluarga. Namun, tekadnya yang kuat untuk mengubah nasib keluarganya membuatnya nekat berangkat ke negeri jiran.
Ironisnya, nyawa pemuda bercita-cita tinggi itu justru melayang di jalanan saat dalam perjalanan menuju tempat kerjanya.
"Ini mungkin sudah takdirnya," ucap Haeruman pasrah.
Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Lotim, Muhammad Khairi, Rumintang bersama enam pekerja migran Indonesia (PMI) lainnya asal Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi korban kecelakaan lalu lintas di Malaysia. Ketiganya berangkat ke Malaysia secara non-prosedural.
"Rumintang baru pertama kali ke Malaysia, sedangkan dua orang lainnya sudah pernah bekerja di sana namun masuk kembali secara ilegal," jelas Khairi.
Kecelakaan yang merenggut nyawa tujuh PMI tersebut terjadi saat mereka dalam perjalanan menuju tempat kerja. Pihak keluarga baru mengetahui peristiwa nahas ini setelah mendapat kabar dari paman Rumintang yang terlebih dahulu bekerja di Malaysia.
Proses pemulangan jenazah para korban dilakukan secara bertahap. Jenazah Rumintang tiba di kampung halamannya bersama dua jenazah PMI lainnya asal Lombok Tengah.
Kepergian Rumintang meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, terutama ibunya yang sampai pingsan saat melihat peti mati anaknya.
Kisah tragis Rumintang menjadi pengingat bagi kita semua tentang risiko bekerja di luar negeri secara ilegal. Keinginan untuk memperbaiki hidup keluarga memang patut diapresiasi, namun harus dilakukan dengan cara yang benar dan aman.