Plt Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur, Lalu Fathul Kasturi. (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Curah hujan yang tinggi dalam beberapa pekan terakhir mengakibatkan kerusakan pada tanaman cabai milik petani di Lombok Timur (Lotim), Nusa Tenggara Barat. Dampaknya, harga cabai meroket hingga mencapai Rp 120 ribu per kilogram, yang berkontribusi signifikan terhadap inflasi.
Untuk mengendalikan situasi ini, Dinas Pertanian Lotim bekerja keras bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan bekerja sama dengan Champion Cabai, menggelar operasi pasar dengan harapan harga cabai dapat kembali normal.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Lotim, Lalu Fathul Kasturi, menjelaskan bahwa kondisi curah hujan yang tinggi menghambat pertumbuhan tanaman cabai. Menurutnya, tanaman cabai sangat rentan terhadap genangan air hujan yang dapat merusak pertumbuhannya.
“Tanaman cabai sangat berbeda dengan tanaman lainnya. Jika musim hujan datang, tanaman cabai sangat mudah rusak karena rentan terhadap genangan air yang dapat menyebabkan pertumbuhannya tidak normal serta mudah terserang hama dan penyakit,” ungkap Lalu Fathul Kasturi, saat dikonfirmasi belum lama ini.
Ia juga menyebutkan bahwa petani cabai membutuhkan penanganan teknis agar tidak merugi di musim hujan.
“Penyuluh pertanian sudah memberikan teknis-teknis agar petani tidak merugi. Jika kondisi ini terus berlanjut, harga cabai akan tetap tinggi dan menyumbang inflasi yang cukup besar,” tambahnya.
Untuk mengurangi dampak inflasi akibat melonjaknya harga cabai, Dinas Pertanian Lotim bersama TPID menggandeng Champion Cabai melakukan operasi pasar.
Di pasar, harga cabai dijual mencapai Rp 120 ribu per kilogram, sementara di Champion Cabai, harga cabai dijual dengan harga jauh lebih murah, yakni Rp 50 ribu per kilogram. Langkah ini diharapkan dapat menurunkan harga cabai dan membantu mengendalikan inflasi di daerah tersebut.
Lalu Fathul Kasturi juga mengungkapkan bahwa saat ini, luas area tanam cabai di Lombok Timur mencapai lebih dari 500 hektare. Petani diperkirakan akan mulai panen pada bulan Februari mendatang.
"Dengan luas areal tanam yang mencapai 500 hektare, kami yakin kebutuhan cabai akan tetap terjaga hingga bulan Ramadan nanti. Kami juga berharap, dengan pasar murah yang digelar, harga cabai bisa segera turun," tegasnya.
Selain itu, Dinas Pertanian Lotim mulai menerapkan teknologi pertanian yang dapat mendukung pertumbuhan cabai di musim hujan, yaitu dengan menggunakan screen house atau green house. Metode ini telah diperkenalkan kepada kelompok tani di wilayah Lotim.
"Screen house atau green house ini dapat mengontrol iklim dan melindungi tanaman cabai dari hama, sehingga hasil produksinya lebih maksimal. Untuk area tanam seluas 5 are, bisa menghasilkan 1 ton cabai. Kami telah memberikan masing-masing kelompok tani empat unit screen house," jelas Lalu Fathul Kasturi.
Dengan penerapan teknologi ini, diharapkan produksi cabai di Lombok Timur akan meningkat, bahkan di tengah musim penghujan, sehingga harga cabai dapat kembali stabil dan inflasi dapat terkendali.