Bayi 1,8 Tahun Ditelantarkan di RS Permata Hati Lombok Timur, Keluarga Geram

Rosyidin S
Rabu, Februari 12, 2025 | 08.18 WIB Last Updated 2025-02-12T00:18:07Z
Omar Barak Sagiri, bayi yang diduga ditelantarkan oleh pihak RSPH, Lotim, (Foto: Istimewa/MP).

MANDALIKAPOST.com - Omar Barak Sagiri, bayi berusia 1,8 tahun, mengalami kejadian yang memilukan di Rumah Sakit (RS) Permata Hati, Lombok Timur. Ia diduga ditelantarkan oleh pihak rumah sakit setelah 10 kali percobaan pemasangan infus gagal.

Nisfi (22), ibu dari Omar, menceritakan bahwa anaknya dibawa ke RS Permata Hati pada Sabtu (8/2) dengan keluhan demam tinggi, batuk, muntah, dan mencret. Setibanya di Instalasi Gawat Darurat (IGD), perawat yang bertugas mencoba memasangkan infus. Namun, setelah berkali-kali mencoba, jarum infus tak kunjung berhasil masuk ke dalam pembuluh darah intravena Omar.

"Sempat terpasang sekali infusnya, tapi setelah dimasukkan obat, macet, kemudian dicabut lagi karena bengkak," tutur Nisfi, saat dikonfirmasi Selasa (11/2) kemarin, dengan nada khawatir dan kesal. 

Menurut Nisfi, perawat telah melakukan hingga sepuluh kali percobaan, namun tetap gagal. Perawat berdalih bahwa kondisi dehidrasi yang dialami Omar menjadi penyebab sulitnya pemasangan infus.

"Perawat kemudian akan berkonsultasi ke dokter bedah untuk dilakukan vena section. Dan, kami sempat ingin keluar dari rumah sakit ini (RS Permata Hati-Red) untuk pindah ke rumah sakit lain, tapi perawat meyakinkan kami untuk tetap di sini dan dilakukan pemasangan vena section," beber Nisfi, menirukan perkataan perawat yang membuatnya bertahan di rumah sakit tersebut.

Setelah dilakukan pemasangan vena section, perawat memasukkan suntikan melalui jalur infus yang membuat Omar kesakitan hingga gemetar. Nisfi yang melihat kondisi anaknya semakin memburuk, meminta agar infus tersebut dilepas.

"Saya minta infusnya dibuka karena pahanya terlihat bengkak, tapi perawatnya tidak berani membuka tanpa persetujuan dokter dan dokternya sudah dihubungi tapi tidak merespon," ungkapnya dengan nada penuh kekecewaan.

Omar dibiarkan dalam kondisi tersebut hingga pagi hari, tanpa ada tindakan medis yang berarti dari pihak rumah sakit. Hingga akhirnya, dokter spesialis anak menyarankan agar Omar dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedjono Selong.

"Anak saya dibiarkan meringis kesakitan dari malam sampai pagi tanpa mereka melakukan apa-apa," imbuh Nisfi, dengan nada suara yang bergetar menahan tangis.

Menanggapi tuduhan penelantaran pasien, Direktur RS Permata Hati, dr. Arief Rahman, MARS, MH, CCD, CMC, CDCAP, FISQua, memberikan penjelasan yang berbeda.

Ia mengatakan bahwa saat Omar dibawa ke IGD, kondisinya sudah lemas akibat mencret dan dehidrasi berat.

"Saat di anamnesa pihak perawat untuk mengetahui kondisi sang bayi, diketahui kalau pasien menderita mencret dan dalam dehidrasi berat atau kehilangan cairan dalam tubuh," jelas Arief kepada wartawan.

Arief juga menambahkan bahwa kehilangan cairan tersebut disebabkan karena Omar tidak mau makan atau minum, sehingga kondisi tubuhnya menurun. Ia juga menyebutkan bahwa orang tua Omar baru membawanya ke rumah sakit setelah tiga hari sakit.

"Sudah 3 hari menderita sakit, orang tuanya baru membawanya ke rumah sakit. Jadi, penurunan kondisi anak bukan di tempat kami (RS Permata Hati-Red)," ujar Arief.

Lebih lanjut, Arief menjelaskan bahwa RSUD dr. Soedjono Selong memiliki dokter spesialis yang dapat memasang infus melalui leher, karena di lengan Omar tidak memungkinkan.

Kasus ini menjadi sorotan dan menimbulkan pertanyaan mengenai profesionalisme dan standar pelayanan di RS Permata Hati. Keluarga Omar berharap agar kejadian ini menjadi pelajaran bagi pihak rumah sakit untuk lebih memperhatikan keselamatan dan kenyamanan pasien, terutama anak-anak.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Bayi 1,8 Tahun Ditelantarkan di RS Permata Hati Lombok Timur, Keluarga Geram

Trending Now