![]() |
Ilustrasi: Pengumuman penutupan 11 destinasi wisata non pendidikan di kawasan TNGR. (Foto: Istimewa/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Dalam upaya pemulihan ekosistem serta mengantisipasi dampak cuaca ekstrem khususnya di Lombok-NTB, seluruh destinasi wisata alam non pendakian yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) resmi ditutup sementara. Penutupan ini berlaku mulai 10 Februari 2025 hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Mataram, Yarman menjelaskan bahwa langkah penutupan tersebut dilakukan untuk menjaga keselamatan pengunjung dan mendukung upaya pemulihan ekosistem di kawasan TNGR.
“Kami memutuskan untuk menutup sementara destinasi wisata non pendakian di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, karena mempertimbangkan prakiraan cuaca ekstrem yang dikeluarkan oleh BMKG dan potensi ancaman bencana hidrometeorologi,” ujar Yarman saat dikonfirmasi melalui via telepon, Rabu (12/2) kemarin.
Menurut informasi yang disampaikan oleh BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid Lombok, cuaca ekstrem yang melanda wilayah Nusa Tenggara Barat disebabkan oleh Bibit Siklon Tropis Invest 96S, aktivitas gelombang atmosfer Ekuatorial Rossby, dan Monsun Asia.
Kondisi tersebut dapat memicu hujan lebat, angin kencang, serta potensi bencana seperti banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang yang berbahaya bagi para wisatawan.
Adapun destinasi wisata alam non pendakian yang ditutup sementara meliputi sejumlah objek wisata terkenal, seperti:
1. Air Terjun Jeruk Manis, di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur.
2. Gunung Kukus, di Desa Jurit Baru, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur.
3. Air Terjun Mayung Polak, di Desa Timbanuh, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur.
4. Tangkok Adeng, di Desa Lenek Duren, Kecamatan Lenek, Kabupaten Lombok Timur.
5. Bornong Bike Park, di Desa Aik Prapa, Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur.
6. Bukit Malang via Tombong Rebo, di Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur.
7. Pemandian Sebau, di Desa Sapit, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur.
8. Savana Propok, di Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur.
9. Bukit Gedong, di Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur.
10. Air Terjun Mangku Sakti via Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur dan Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.
11. Jalur Sepeda Sembalun, di Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.
Sebagai upaya mitigasi, pihak Balai TNGR mengimbau kepada seluruh masyarakat dan wisatawan yang sudah merencanakan kunjungan ke lokasi-lokasi wisata tersebut untuk menunda perjalanan mereka demi keselamatan bersama.
“Ini adalah langkah yang kami ambil demi kebaikan bersama, terutama mengingat risiko bencana yang sangat tinggi pada musim cuaca ekstrem seperti ini. Kami berharap masyarakat dan Semeton Rinjani dapat memahami dan mendukung keputusan ini,” ujar Yarman lebih lanjut.
Selain itu, pihak Balai TNGR juga menghimbau kepada pengelola wisata di sekitar kawasan TNGR untuk sementara menutup operasionalnya dan memberi informasi yang jelas kepada masyarakat terkait penutupan ini.
"Keselamatan adalah prioritas utama, dan kami juga berharap agar warga sekitar dapat mendukung pemulihan ekosistem dengan menjaga kelestarian alam di kawasan ini," tegasnya.
Penutupan destinasi wisata non pendakian ini akan terus dievaluasi, dan pihak Balai TNGR berkomitmen untuk memberikan informasi terbaru mengenai pembukaan kembali destinasi wisata di kawasan tersebut setelah kondisi cuaca kembali normal dan aman.
Sementara itu, masyarakat diharapkan tetap waspada dan mematuhi peringatan yang dikeluarkan oleh BMKG.
"Kami mengimbau agar semua pihak lebih berhati-hati, terutama di saat cuaca tidak menentu seperti sekarang ini. Utamakan keselamatan, dan mari kita bersama-sama menjaga kelestarian alam," pungkas Yarman menutup pernyataannya.
Pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani juga akan terus memantau situasi cuaca dan memastikan bahwa kebijakan penutupan ini dilakukan dengan tepat demi mengurangi risiko bencana di kawasan wisata.