![]() |
Dialog: Kadis PMD Lombok Timur, Salmun Rahman (Kana) bersama Kaban Bakesbangpoldagri Lombok Timur jadi Nara sumber dia acara diskusi panel yang di gelar FJLT. (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com - Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT) menggagas diskusi panel yang melibatkan Lurah dan 50 Kepala Desa di Lombok Timur (Lotim) untuk membentengi masyarakat dari ancaman paham ekstrimisme yang kian mengkhawatirkan.
Diskusi yang dihelat di Selong pada Sabtu (22/2) ini menjadi langkah proaktif FJLT dalam merangkul elemen pemerintahan terbawah untuk bersama-sama menjaga kondusivitas daerah, terutama di wilayah desa masing-masing.
Ketua FJLT, Rusliadi, dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata peran jurnalis dalam mencegah penyebaran paham ekstrem di Lombok Timur.
"Diskusi ini sangat penting untuk meningkatkan pemahaman kita mengenai bahaya ekstremisme. Kami berharap melalui kegiatan ini, masyarakat Lombok Timur dapat semakin waspada dan berperan aktif dalam menjaga keamanan dan ketertiban wilayah," ujarnya.
Ia menekankan pentingnya penyajian berita yang akurat dan sesuai fakta di lapangan.
"Kami ini pewarta, bukan pembawa petaka. Kami berharap kepala desa dapat memberikan fakta yang ada, sehingga apa yang disajikan jurnalis sesuai dengan fakta," pungkasnya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Bakesbangpoldagri) Lombok Timur, H. Mustofa, hadir sebagai salah satu narasumber utama.
Beliau memaparkan berbagai faktor yang dapat memicu munculnya ekstremisme, serta upaya-upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam mencegah penyebaran paham-paham radikal.
H. Mustofa menekankan pentingnya peran aktif seluruh elemen masyarakat dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Lebih lanjut, H. Mustofa memaparkan ciri-ciri radikalisme yang perlu diwaspadai, seperti intoleransi terhadap perbedaan, fanatisme berlebihan, dan kecenderungan menggunakan kekerasan.
Ia menegaskan bahwa radikalisme merupakan tahap awal yang dapat memicu tindakan terorisme.
"Radikalisme dan terorisme dapat merusak nilai agama dan Pancasila, menimbulkan perpecahan, dan meningkatkan intoleransi," jelasnya.
H. Mustofa juga mengungkapkan ciri-ciri radikalisme di masyarakat perdesaan, seperti pengajian tertutup, pengajar yang ekstrem, dan perkawinan yang eksklusif. Ia bersyukur bahwa pondok pesantren yang terindikasi radikalisme di Lombok Timur telah kembali ke NKRI.
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, H. Mustofa sambungnya, telah melakukan berbagai upaya pencegahan, termasuk sosialisasi dan penyuluhan, terutama dalam pencegahan narkoba di kalangan siswa SMP. Pemberdayaan UMKM juga dilakukan melalui pemberdayaan keluarga narapidana terorisme (napiter).
"Bahwa mitigasi ekstremisme adalah upaya sistematis untuk mencegah intoleransi, radikalisme, dan terorisme, serta menolak ideologi yang bertentangan dengan Pancasila," pungkasnya.
Untuk deteksi dini di tingkat desa, Bakesbangpoldagri juga telah membentuk Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) hingga tingkat kecamatan. Mustofa berharap FKDM dapat terbentuk hingga tingkat desa dengan anggota dari setiap dusun.
"Jika terbentuk, kami dari Bakesbangpoldagri siap memfasilitasi pelatihan dengan narasumber yang kompeten," katanya.
H. Mustofa mengapresiasi peran wartawan yang tergabung dalam FJLT sudah mengawal Pilkada Lombok Timur yang aman dan tertib melalui pemberitaan yang berimbang.
Selain itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Lombok Timur, Salmun Rahman, turut memberikan pandangannya mengenai peran pemberdayaan masyarakat dalam mencegah ekstremisme.
Beliau menjelaskan bahwa dengan meningkatkan kesejahteraan dan memberikan akses pendidikan yang merata, masyarakat akan lebih tahan terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang dapat mengarah pada ekstremisme.
Salmun, menekankan pentingnya peran kepala desa/lurah dalam menciptakan ketentraman masyarakat. Ia menegaskan bahwa keamanan adalah kunci sukses pembangunan di desa dan kelurahan.
"Tidak akan ada pembangunan yang baik dan berkualitas bila masyarakat kita resah," tegasnya.
Acara dilanjutkan dengan diskusi panel yang interaktif antara kepala desa/lurah dan narasumber.
Diskusi ini berfokus pada upaya mitigasi dan penanggulangan ekstremisme yang berkembang di wilayah masing-masing. Para peserta aktif berbagi pengalaman dan strategi dalam menghadapi tantangan ekstremisme di tingkat akar rumput.
Para kepala desa/lurah dan Pemerintah Daerah berkomitmen bersama jurnalis untuk terus menggelar kegiatan-kegiatan serupa guna meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kerukunan dan mencegah penyebaran ekstremisme.