Kasus DBD di Lombok Timur Menurun pada 2024, Namun Kewaspadaan Tetap Diperlukan

Rosyidin S
Selasa, Februari 04, 2025 | 18.07 WIB Last Updated 2025-02-04T10:12:54Z
Ilustrasi: Jenis nyamuk Aedes Aegypti, penyebab DBD, (Foto: Istimewa/MP).

MANDALIKAPOST.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Lombok Timur menunjukkan penurunan pada tahun 2024 dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Meskipun demikian, peningkatan kasus DBD kembali tercatat pada awal tahun 2025, yang mengharuskan kewaspadaan tetap dijaga, terutama dengan datangnya musim hujan.


Budiman Satriadi, Kepala Bidang Pencegahan, Penanggulangan Penyakit, dan Lingkungan (P3K) Dinas Kesehatan Lombok Timur, menjelaskan bahwa selama tiga tahun terakhir, tren kasus DBD di wilayah tersebut cukup dinamis.


"Pada tahun 2022, tercatat sebanyak 729 kasus, kemudian turun menjadi 428 kasus pada 2023. Namun, di tahun 2024, jumlah kasus menurun menjadi 390 kasus," ujar Budiman, menjelaskan kondisi umum selama beberapa tahun terakhir.


Penurunan kasus DBD pada 2024, menurut Budiman, terjadi secara bertahap dari bulan ke bulan.


"Jika melihat data bulanan, pada bulan Oktober 2024 tercatat 30 kasus, November 28 kasus, dan Desember meningkat menjadi 42 kasus. Memasuki tahun 2025, di bulan Januari tercatat 46 kasus," tambahnya.


Distribusi kasus pada Januari 2025 paling banyak ditemukan di Kecamatan Terara dengan 8 kasus, diikuti oleh Kecamatan Selong dan Pringgabaya masing-masing dengan 6 kasus. Kecamatan Sakra juga mencatatkan 4 kasus. 


"Kami terus memantau perkembangan ini, dan meskipun ada peningkatan, sebagian besar pasien sudah sembuh, meskipun ada yang masih dalam perawatan," jelas Budiman.


Untuk mengurangi angka kasus DBD di Lombok Timur, pemerintah terus mengintensifkan upaya edukasi kepada masyarakat, terutama mengenai bahaya, gejala, dan cara pencegahan DBD.


"Kami sudah meminta teman-teman untuk mensosialisasikan pentingnya mengenali tanda-tanda DBD, seperti demam tinggi, sakit kepala, ruam kulit, dan nyeri sendi. Segera bawa ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala tersebut," kata Budiman.

Ilustrasi: Gerpafik kasus DBD di Kabupaten Lombok Timur dalam waktu 3 Tahun terakhir. Sumber Dinas Kesehatan Lotim. (Foto: Istimewa/MP).

Selain itu, pemerintah juga menekankan yang tidak kalah pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk mencegah penyebaran virus DBD. 


"Pencegahan yang paling efektif adalah dengan memberantas sarang nyamuk. Jangan biarkan tempat-tempat yang bisa menampung air menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti," tegasnya.


Budiman juga mengingatkan agar masyarakat tidak menunda untuk melakukan pengobatan jika terindikasi DBD.


"Jika gejala seperti muntah atau perdarahan mulai muncul, segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk diperiksa dan mendapatkan perawatan yang tepat," ujarnya.


Pencegahan dan penanggulangan DBD, menurut Budiman, harus dilakukan secara serentak oleh seluruh lapisan masyarakat.


"Masalah DBD bukan hanya masalah Dinas kesehatan, tapi masalah kita bersama. Kami berharap masyarakat dapat bersama-sama melakukan gerakan serentak untuk mencegah penyebaran DBD, terutama di musim penghujan," tutup Budiman.


Dengan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan jumlah kasus DBD di Lombok Timur dapat terus ditekan, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah berkembangnya nyamuk penyebab penyakit.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kasus DBD di Lombok Timur Menurun pada 2024, Namun Kewaspadaan Tetap Diperlukan

Trending Now