Musim Penghujan, Kasus DBD di Lombok Timur Awal Tahun 2025 Melonjak

Rosyidin S
Jumat, Februari 07, 2025 | 21.13 WIB Last Updated 2025-02-07T13:13:19Z
Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur, H. Fathurrahman, (Foto: Rosyidin/MP).

MANDALIKAPOST.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) mengalami lonjakan signifikan pada musim penghujan kali ini. Hingga awal Februari 2025, tercatat sebanyak 56 kasus DBD, yang menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dikes) Lombok Timur mencatatkan bahwa pada Januari 2024, hanya terdapat 42 kasus positif DBD dari 390 suspek.

Kepala Dinas Kesehatan Lotim, H. Pathurrahman, mengungkapkan bahwa hingga kini, jumlah masyarakat yang terindikasi sebagai suspek DBD mencapai 155 orang.

"Namun yang dinyatakan positif DBD sebanyak 56 kasus," jelas H. Pathurrahman, dalam wawancara kemarin.

Menurutnya, sebaran kasus DBD ini merata di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Lombok Timur. Namun, wilayah yang paling banyak melaporkan kasus adalah Kecamatan Batuyang.

"Lokasi masyarakat yang terkena Demam Berdarah ini merata di semua kecamatan di Lombok Timur, dengan jumlah terbanyak di Batuyang," ungkapnya.

Untuk mengatasi tingginya kasus DBD ini, upaya pencegahan yang paling efektif adalah dengan melibatkan masyarakat secara langsung, salah satunya dengan menerapkan program 3M (Menguras, Mengubur, dan Menutup).

Program ini bertujuan untuk mengurangi tempat perindukan nyamuk, yang menjadi penyebab utama penyebaran penyakit DBD.

“Cara yang paling efektif itu adalah mencegah tempat perindukan nyamuk. Salah satunya dengan konsisten menerapkan 3M di lingkungan masing-masing, minimal tiga kali dalam seminggu,” tegas Pathurrahman.

Sementara itu, penggunaan fogging atau pengasapan yang sering dilakukan untuk membasmi nyamuk tidak dianggap cukup efektif.

Menurut Pathurrahman, metode fogging hanya membunuh nyamuk dewasa dan tidak dapat menanggulangi jentik, telur, atau stadium lain dari nyamuk penyebar DBD.

"Fogging hanya bersifat sementara dan tidak efisien. Pembasmian nyamuk harus menyeluruh dengan mencegah tempat perindukannya," jelasnya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pencegahan DBD bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat.

"Masyarakat harus sadar dan tidak hanya menunggu tindakan pemerintah. Jika budaya gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan tetap berjalan, maka potensi tempat perindukan nyamuk bisa diminimalisir," ujar Pathurrahman.

Pada kesempatan itu, Pathurrahman juga menghimbau agar masyarakat segera memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat jika mengalami gejala DBD seperti demam, batuk, pilek, atau sakit kepala. Deteksi dini sangat penting untuk menghindari penularan lebih lanjut. 

“Harapan saya, puskesmas-puskesmas di daerah dapat turun langsung ke masyarakat untuk memberikan edukasi, bahkan di saat posyandu, tanpa harus menunggu ada korban DBD terlebih dahulu,” kata Pathurrahman menutup penjelasannya.

Dengan upaya yang maksimal dari pemerintah dan partisipasi masyarakat, diharapkan wabah DBD ini dapat diminimalisir dan tidak berkembang lebih luas, serta menjaga kesehatan masyarakat Lombok Timur dari penyakit berbahaya lainnya.
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Musim Penghujan, Kasus DBD di Lombok Timur Awal Tahun 2025 Melonjak

Trending Now