![]() |
Humaira: Keperluan BKKBN Provinsi NTB didampingi Kepala DP3KB Lombok Timur bersama jajaran saat berkunjung ke petugas lapangan KB di Kecamatan Peringgabaya. |
MANDALKAPOST.com - Perubahan status Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjadi Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (KKPK) membawa perubahan signifikan di tingkat pusat dan daerah.
Namun, di lapangan, perubahan ini belum dirasakan secara signifikan oleh para petugas KB. Hal ini terungkap dalam kunjungan Kepala Perwakilan (Keper) BKKBN Provinsi NTB, Dr. Drs. Lalu Makripuddin M.Si, di Peringgabaya, Lombok Timur, Selasa (18/3).
Seorang petugas lapangan KB yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa perubahan yang paling dirasakan adalah peningkatan beban kerja.
"Pekerjaan menjadi semakin banyak," ujarnya singkat.
Keluhan ini diakui oleh Keper BKKBN Provinsi NTB, "Kalau pekerjaan semakin banyak, ya alhamdulillah," ujarnya, menekankan bahwa BKKBN hadir untuk bekerja.
Namun, perubahan ini juga membawa dampak positif, terutama dalam pengelolaan data Keluarga Rawan Stunting (KRS).
"Kemanapun Pak Menteri berbicara, beliau selalu bilang, 'Di lapangan sekarang ini terserah KRS, lain terus mencari, yang penting nama bapak ibunya ada'," ungkap Lalu Makripuddin.
Ia menekankan pentingnya validitas data KRS, "Teman-teman semua sekarang harus tetap punya data KRS pada level teman-teman," tegasnya.
Selain itu, perubahan ini juga berdampak pada sistem absensi pegawai.
"Setelah ada perubahan ini, ada perubahan tentang absensi," ungkapnya.
Ia menyebutkan bahwa terdapat 481 pegawai yang bermasalah dengan absensi. Ia mengingatkan bahwa keterlambatan absensi dapat berujung pada hukuman disiplin.
"Kalau telat lebih dari 3 hari, jadi sekarang terlambat 1-60 menit, besok 10 menit, jam sebelumnya itu kalau dijumlahkan tiga hari maka teman-teman dibikinkan berita acara hukuman disiplin ringan," jelasnya.
Di tengah perubahan ini, Lalu Makripuddin berpesan agar para petugas KB tetap bekerja dengan bahagia.
"Kerjakanlah pekerjaan itu dengan happy saja, jangan ada yang sambil bersungut-sungut," pesannya.
Ia juga mengapresiasi kinerja petugas lapangan dalam program penurunan angka stunting.
"RTL kita sekarang ini tertinggi jumlah anak kasus keluarga rawan stunting," ujarnya.
Ia berharap agar seluruh petugas lapangan tetap semangat dan bekerja dengan penuh tanggung jawab.
"Kita bersyukur bahwa kita bisa melayani masyarakat dengan ikhlas. Itu patut kita syukuri," pungkasnya.