![]() |
Konsultan Pariwisata, Lalu Yazid Sururi saat memaparkan materi konsep pariwisata berkelanjutan berbasis kawasan di depan para peserta FGD. (Foto: Rosyidin/MP). |
MANDALIKAPOST.com – Semangat kolaborasi dan inovasi mewarnai Forum Group Discussion (FGD) Pemuda yang digelar di Sembalun pada Senin kemarin (28/4). Acara ini bertujuan untuk menyusun Rencana Pembangunan Kawasan Pedesaan (RPKP) yang berkelanjutan untuk wilayah Sembalun, sebuah daerah yang dikenal dengan potensi wisata alamnya yang memukau.
Direktur DMO (Destination Management Organization), Baiq Srimulia, membuka diskusi dengan memaparkan perjalanan panjang hingga Sembalun ditetapkan sebagai Kawasan Prioritas Perdesaan (KPP). Ia menekankan pentingnya sinergi antar generasi dan gender dalam merumuskan rencana pembangunan.
“Awalnya kami melakukan kajian kecil-kecilan, hasilnya menunjukkan bahwa antara perempuan dan laki-laki di Sembalun tidak pernah berkomunikasi, begitu juga antara yang muda dan yang senior. Ternyata, persepsi kita tentang permasalahan di kawasan ini sangat berbeda,” ungkap Baiq Srimulia.
Lebih lanjut, Baiq menjelaskan bahwa kajian tersebut menggarisbawahi perlunya pengembangan pariwisata berkelanjutan di Sembalun, yang mencakup aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan.
Penetapan KPP Sembalun melalui Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2024 menjadi momentum penting. Baiq Srimulia menuturkan bahwa langkah selanjutnya adalah memperkuat peran Badan Kerja Sama Antar Desa (BKAD) yang akan mengelola berbagai isu strategis di enam desa. Isu-isu ini mencakup pengolahan air dan limbah, sampah, pariwisata, agro, infrastruktur, tata ruang, hingga bisnis minuman dan media.
“Hal pertama yang harus kita pahami adalah apa saja yang bisa dikerjasamakan di kawasan ini. Kemudian, lembaga atau wadah apa yang akan mengelola kerja sama tersebut. Saat ini, wadah seperti BKAD belum optimal, jadi ini menjadi prioritas,” katanya.
Perspektif Konservasi dalam Pariwisata
Kepala Seksi II Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Lidia Tesa Vitasari S.Si, M. T., M. M. G, turut menyampaikan perspektif konservasi dalam pengembangan pariwisata. Ia menyoroti efek berganda pariwisata di TNGR, keterlibatan masyarakat, serta potensi Sembalun sebagai penyangga pariwisata berkelanjutan.
“Kawasan konservasi memiliki tiga pilar utama pengelolaan: perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan,” jelas Tesa. “Pemanfaatan sumber daya alam dan ekosistem harus dilakukan secara lestari.”
Ia menekankan pentingnya pariwisata berkelanjutan yang menghormati alam dan manusia, membangun kedaulatan pariwisata, menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat lokal, serta memberikan edukasi dan rekreasi berkualitas bagi wisatawan.
“Pariwisata ini harus mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Harga mungkin tidak terlalu murah, tetapi tetap terjangkau, dan wisatawan yang datang harus berkualitas karena mereka ingin menikmati pengalaman unik sesuai segmen pasar,” ujarnya.
Keterlibatan masyarakat dalam industri pariwisata di sekitar TNGR juga dipaparkan, mulai dari operator wisata, pemandu, akomodasi, hingga penyedia perlengkapan pendakian dan transportasi. Berbagai bantuan ekonomi produktif telah diberikan kepada kelompok masyarakat untuk memanfaatkan potensi lokal dan mendukung pariwisata berkelanjutan, seperti budidaya aquaponik, maggot, pengolahan sampah plastik, dan pembuatan produk kerajinan.
![]() |
Para peserta FGD menggali potensi pariwisata berbasis kawasan di masing-masing desa. (Foto: Rosyidin/MP). |
Sinergi Konservasi dan Pariwisata
Harianto dari Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Rinjani Timur menambahkan pentingnya sinergi antara konservasi dan pariwisata. Ia menjelaskan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan masyarakat di beberapa desa sekitar hutan lindung untuk meningkatkan pendapatan ekonomi melalui pariwisata berbasis masyarakat.
“Konservasi dapat menunjang perekonomian masyarakat di sekitar kawasan hutan. Budidaya berbasis ekonomi masyarakat, seperti pariwisata, juga dapat mewakili wilayah-wilayah tertentu di sekitar hutan lindung,” tuturnya.
Sesi Diskusi dan Harapan untuk Masa Depan
Dalam sesi tanya jawab, beberapa peserta menyampaikan pertanyaan terkait harga tiket masuk kawasan wisata bagi wisatawan lokal dan mancanegara, serta rencana edukasi bagi masyarakat terkait pariwisata berkelanjutan.
Sekcam Sembalun, Pelita Yatna, S. Sos turut hadir dan menyampaikan dukungan terhadap inisiasi pengembangan kawasan pariwisata perdesaan di Sembalun. Ia menekankan pentingnya pengelolaan yang transparan dan terbuka, serta sinergi program antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan desa.
“Harapan kami ada dua hal yang sangat mendukung pariwisata di masa depan: pertama, pengelolaan air, dan kedua, pengelolaan sampah. Keduanya sangat krusial,” ujarnya.
Baiq Srimulia menutup diskusi dengan harapan agar FGD ini menjadi langkah awal yang konstruktif dalam merumuskan RPKP-KPP Sembalun yang inklusif dan berkelanjutan, mengakomodasi kebutuhan masyarakat serta potensi unik kawasan.
“Inilah kesempatan kita untuk menyelaraskan perhatian mereka dengan kebutuhan kita,” pungkasnya.
Hasil dari FGD ini akan menjadi modal penting dalam penyusunan rencana aksi yang lebih detail untuk pengembangan pariwisata Sembalun ke depan.