![]() |
Ilustrasi: Masa aksi yang tergabung dalam ATOS Senaru, geruduk kantor Balai Taman Nasional Gunung Mataram. (Foto: Istimewa/MP). |
MANDALIKAPOAT.com – Suara kekecewaan dari kalangan penyedia jasa aktivitas wisata Gunung Rinjani (Trekking Organizer/TO) dari Asosiasi Tour Operator Senaru (ATOS), Lombok Utara, kembali bergema di depan Kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Kota Mataram, pada Selasa (8/4).
Aksi yang melibatkan sejumlah TO di Senaru ini merupakan kelanjutan dari tuntutan sebelumnya terkait penambahan kuota pendakian Gunung Rinjani.
Kepala BTNGR, Yarman meluruskan persepsi publik terkait kegiatan yang berlangsung. Ia menjelaskan bahwa kedatangan para TO tersebut sejatinya adalah untuk melakukan audiensi, meskipun jumlah massa yang hadir cukup banyak sehingga menimbulkan kesan demonstrasi.
“Kegiatan hari ini sebenarnya adalah audiensi. Namun, karena banyaknya massa yang hadir untuk menyampaikan tuntutannya, banyak masyarakat yang mengira kegiatan audiensi hari ini sebagai aksi demonstrasi atau protes untuk penambahan kuota,” ujar Yarman saat dikonfirmasi melalui pesan singkat.
Kendati demikian, Yarman tidak menampik adanya sejumlah aspirasi yang disampaikan oleh para TO, khususnya yang berasal dari wilayah Senaru. Tuntutan utama yang disuarakan adalah perihal penambahan kuota pendakian dan peningkatan fasilitas pendukung di kawasan Rinjani.
“Salah satu tuntutan dari para TO dari Senaru sampaikan pada momen tersebut adalah terkait penambahan kuota pendakian dan berbagai fasilitas pendukung,” jelas Yarman.
Menanggapi tuntutan tersebut, Yarman menegaskan bahwa penambahan kuota pendakian tidak dapat dilakukan secara gegabah.
Ia menekankan perlunya pertimbangan matang terkait ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk menampung peningkatan jumlah pendaki.
Lebih lanjut, pembatasan kuota yang diterapkan saat ini bertujuan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan para pengunjung dalam menikmati keindahan alam Gunung Rinjani.
“Solusinya untuk tuntutan penambahan kuota akan dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Pengkajian ini akan melibatkan pihak-pihak terkait dan berkompetensi di bidangnya,” tambahnya.
BTNGR menunjukkan komitmennya untuk mencari solusi terbaik demi kepentingan bersama, baik bagi para pelaku industri pariwisata pendakian maupun bagi para pendaki itu sendiri. Langkah konkret yang akan diambil adalah mengundang perwakilan dari forum yang menaungi para TO untuk melakukan dialog lebih lanjut.
“Kita akan mengundang perwakilan dari pengurus forum, karena para TO ini berada di bawah forum,” kata Yarman.
Di sisi lain, Yarman tetap mengimbau kepada seluruh TO untuk senantiasa mengedepankan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku dalam setiap aktivitas pendakian. Hal ini meliputi SOP pendakian, pengelolaan sampah, prosedur evakuasi, serta kepatuhan terhadap penetapan jumlah kuota yang telah ditetapkan.
Aksi protes kali ini merupakan yang kedua kalinya dalam beberapa hari terakhir. Sebelumnya, pada hari pertama dibukanya kembali aktivitas wisata Gunung Rinjani, sejumlah TO yang tergabung dalam Forum Wisata Lingkar Rinjani juga menggelar aksi serupa dengan tuntutan yang sama.
Yarman mengungkapkan bahwa sebelumnya telah terjalin komunikasi antara pihak BTNGR dan forum tersebut, di mana pada prinsipnya forum memberikan dukungan terhadap aktivitas pendakian.
“Tapi mungkin memang ada yang suka dan tidak suka, dan hal ini wajar saja untuk terjadi. Tapi beruntungnya kegiatan pendakian tetap berjalan lancar,” ungkap Yarman pada Kamis (3/4), lalu menyikapi aksi protes sebelumnya.
Dengan kembali munculnya gelombang protes ini, diharapkan pihak BTNGR dapat segera mengambil langkah-langkah strategis dan komprehensif untuk mengakomodasi aspirasi para pelaku pariwisata pendakian, sembari tetap menjaga kelestarian ekosistem Gunung Rinjani dan kualitas pengalaman wisata bagi para pendaki.
Dialog yang konstruktif antara BTNGR dan para TO menjadi kunci untuk menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan bagi semua pihak yang berkepentingan.