Siswa Kelas VI SD di Pelosok Daerah Giat Sambung Bibit Alpukat Mentega, Upaya Sekolah Tingkatkan Keterampilan dan Ekonomi Masa Depan

Rosyidin S
Rabu, April 23, 2025 | 13.00 WIB Last Updated 2025-04-23T05:20:29Z
Guru IPA SDN 3 Sembalun Bumbung sedang mencontohkan cara penyambungan alpukat kepada para siswanya. (Foto: Rosyidin/MP).

MANDALIKAPOST.com – Di tengah persiapan ujian praktik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), puluhan siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, tampak antusias mengikuti kegiatan penyambungan bibit alpukat.


Bukan sekadar praktik biasa, kegiatan ini memiliki tujuan mulia, yaitu membekali siswa dengan keterampilan praktis di bidang pertanian sekaligus menanamkan kesadaran akan potensi ekonomi dari buah alpukat mentega yang terkenal dengan rasa manis, gurih, tekstur lembut, dan ukurannya yang besar.


Menurut Kepala Sekolah SDN 3 Sembalun Bumbung, Arnalip S.Pd praktik penyambungan bibit alpukat dengan entres (bagian tanaman yang diokulasikan) alpukat mentega ini dipilih untuk mempercepat masa panen.


"Tujuan kita mengajar anak-anak menyambung ini agar kelak kalau bibit ini selamat, mereka bisa mengembangkan alpukat jenis mentega. Alpukat mentega itu rasanya manis, renyah, dan gurih. Buahnya besar-besar, bisa dimakan tanpa gula dan tanpa dikocok-kocok langsung," ujarnya dengan penuh semangat, saat ditemui di Sembalun. Rabu (23/4).


Kegiatan praktik ini merupakan bagian dari ujian praktik kurikulum yang sedang berlangsung. Perawatan bibit yang telah disambung akan menjadi tanggung jawab siswa di bawah pengawasan guru hingga tiba masa panen.


"Anak-anak ini kan selesainya nanti bulan Mei, tapi mereka masih ada di sini. Jadi tetap dia yang kontrol. Untuk penilaian akhirnya nanti setelah pekerjaan ini bisa tumbuh, itu berarti kita nilai. Jadi ini termasuk masuk ke nilai ijazah," jelasnya.


Lebih lanjut, Kepsek Arnalip mengungkapkan bahwa keterampilan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa di kemudian hari.


"Ini juga untuk diperhatikan nanti ke waktu dewasa itu nanti," imbuhnya.


Bahkan, pihak sekolah telah memiliki pengalaman menanam pohon alpukat di lingkungan sekolah. "Tahun kemarin, Pak Guru ya, banyak sudah yang ditanam di halaman sekolah. Ada yang setinggi kurang lebih 80 cm, sudah 1 tahun. Insya Allah tahun depan sudah bisa berbuah," ucapnya.


Selain praktik penyambungan alpukat dan listrik (IPA), ujian praktik di sekolah ini juga meliputi mata pelajaran lain seperti ujian praktik Agama (PAIBP), bahasa Indonesia dan muatan lokal meliputi bahasa Inggris, Olahraga (PJOK) dan Seni Budaya (SBDP).


Untuk muatan lokal batik, siswa membuat taplak meja. "Untuk pembuatan nanti bisa difoto sedang dijemur hasil pembuatannya apa namanya, taplak meja. Silakan foto di sana aja," kata Kepsek Arnalip, mengindikasikan dokumentasi yang dilakukan selama proses pembelajaran.


Pihak sekolah menyadari potensi pengembangan varietas alpukat lain seperti Vietnam, alligator, atau Markus. "Kenapa nggak dengan entres yang lain? Nah, itu lah kita ini tidak sempat mencari seperti jenis Vietnam, jenis alligator, dan Markus. Innsya Allah tahun depan, ya, kita cari bila perlu kita beli entres," ungkapnya, menunjukkan keinginan untuk memperluas pengetahuan dan jenis alpukat yang dikembangkan di masa depan.


Potensi lahan sekolah yang masih luas juga menjadi pertimbangan dalam program ini. "Alpukat ini kan tentunya lahan sekolah kan masih ada tempat kita untuk tanam alpukat hasil penyambungan anak-anak," tuturnya.


Bahkan, beberapa guru juga telah menanam alpukat hasil praktik di kebun pribadi sebagai bentuk dukungan dan contoh bagi siswa.


"Pak gurunya juga untuk membuktikan itu, ada juga yang nanam di kebunnya. Saya aja kemarin ada tiga pohon, saya coba tanam dan udah tinggi gitu," ujar Kepsek Arnalip.


Mengenai potensi ekonomi, menurut Kepsek Arnalip sangat menjanjikan. Saat ini harga alpukat kisaran Rp7000.000 - Rp10.000.000 per kilogram, selain itu perawatan pun sangat mudah dan ipesien dibandingkan dengan tanaman buah lainnya, juga berdasarkan informasi dari petani setempat.


"Kemarin di kebun itu saya jual perkilo itu Rp7000.000. Dan tahun kemarin alpukat yang ada di sekolah kita yang satu pohon kita dapat Rp700.000 sampai Rp1.000.000," jelasnya.


Kendala yang mungkin dihadapi adalah risiko kerugian akibat angin kencang yang dapat merontokkan buah dan serangan hama, sehingga pertumbuhan proses pembuahan tidak maksimal.

Guru kelas, Santriadi saat mengajar cara penyambungan alpukat kepada salah satu siswanya.
 

Guru IPA, Karsih S.Pd menambahkan perawatan pohon alpukat relatif mudah. "Kalau penyakitnya hanya hama sejenis kutu daun atau werang, kalau perawatannya ya bisa dibilang enggak ada perawatannya dalam artian asalkan dibawahnya itu bersih itu saja, kadang disemprot dan dipupuk. Itu pun kalau kita mau," tambahnya.


Pemupukan mungkin dilakukan oleh petani, namun untuk tingkat sekolah masih dalam tahap awal pengembangan.


Harapan besar para guru sekolah setempat, disematkan pada program ini. "mudah-mudahan kalau ini bisa tumbuh dalam jangka 3 tahun kan kita nggak kesulitan untuk menanggulangi kebutuhan kita di sekolah," katanya.


"Artinya apa, bapak ibu guru tidak repot lagi memikirkan kebutuhan di sekolah. Misal ada acara dan kegiatan di sekolah kita ini," ujar Karsih, menggambarkan potensi pemanfaatan hasil panen untuk kebutuhan sekolah.


Lebih dari sekadar menghasilkan buah, tujuan utama dari program ini adalah membekali siswa dengan keterampilan hidup yang berharga.


"Yang jelas tujuan kita dalam program ini, menaruh harapan besar pada anak-anak kita itu ketika lulus atau tamat dari sini paling enggak bisa lah mengembangkan ilmunya kelak di kemudian hari," harapannya.


"Kan kita sebagai manusia itu, kita tidak tahu garis tangan kita di masa depan. Anak-anak kita berikan bekal sejak dini, supaya mereka bisa menciptakan pekerjaan sendiri tidak hanya mengandalkan jadi pegawai negeri. Ini lah tujuan kita dalam ujian praktik ini," pungkas Karsih, menekankan pentingnya pendidikan yang relevan dengan potensi daerah dan masa depan siswa.


Kegiatan praktik penyambungan bibit alpukat ini menjadi bukti nyata komitmen sekolah dalam memberikan pendidikan yang holistik, menggabungkan pengetahuan teoritis dengan keterampilan praktis, serta membuka wawasan siswa terhadap potensi sumber daya alam di lingkungan mereka.


Diharapkan, inisiatif ini dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk mengembangkan program serupa yang relevan dengan potensi lokal masing-masing.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Siswa Kelas VI SD di Pelosok Daerah Giat Sambung Bibit Alpukat Mentega, Upaya Sekolah Tingkatkan Keterampilan dan Ekonomi Masa Depan

Trending Now