Ilustrasi/liputan6.com |
JAKARTA - Cacar Monyet saat ini tengah mewabah di Singapura. Cacar Monyet atau Human Monkeypox (MPX) adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh virus orthopoxvirus.
Pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958, virus ini juga menjangkit tupai, tikus, maupun hewan primata lainnya.
Berdasarkan situs kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), cacar monyet bersifat endemik di Afrika Barat dan Tengah, di desa berada dekat hutan hujan tropis, bisa terjadi akibat kontak manusia dengan hewan.
Untuk mengetahui virus cacar monyet masuk ke dalam tubuh seseorang, akan timbul gejalanya antara 4-20 hari kemudian (masa inkubasi).
Fase invasi yang terjadi selama 5 hari, ditandai dengan demam disertai menggigil, keringat dingin, sakit kepala, nyeri punggung, nyeri otot, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher dan rahang, serta badan lemas tak berdaya.
Selanjutnya, fase erupsi kulit yang terjadi 1-3 hari, setelah demam akan muncul ruam kemerahan yang berawal dari wajah hingga seluruh tubuh.
Ruam kemudian berubah menjadi bintik merah berisi air atau lenting, bernanah, dan menjadi krusta atau koreng atau yang dapat lepas, dikutip dari Channel News Asia.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, dr Kardiana Purnama Dewi menjelaskan, gejala cacar monyet antara lain berupa demam, badan tidak enak, flu, dan bintik kemerahan di kulit.
Menurutnya, penyakit langka ini tidak berbahaya, tapi hal itu tergantung pada daya tahan tubuh seseorang.
"Berbahaya sih tidak, tapi tergantung lagi sama daya tahan tubuh penderitanya, jadi agar tidak tertular selalu menjaga daya tahan tubuh dan usahakan hindari kontak langsung dengan penderita," tutur Kardiana Purnama Dewi.
Data dari situs resmi WHO menyebutkan, penyakit Cacar Monyet ini dapat menular melalui kontak dekat dengan penderita, sekresi saluran pernafasan yang terinfeksi, luka pada kulit, atau objek yang telah terkontaminasi cairan tubuh dengan penderita.
Direktur Eksekutif NCID, Profesor Leo Yee Sin mengatakan, selain menyerang kulit, penyakit ini juga menyerang organ tubuh lainnya seperti, kornea mata.
Namun, penularan ke sesama manusia sangatlah terbatas karena Cacar Monyet tidak mudah menular seperti flu, setiap pengidap akan menularkan infeksi kurang dari satu orang saja.
"Rata-rata, setiap pengidap akan menularkan infeksi pada kurang dari satu orang saja. Cacar monyet tidak mudah menular seperti flu. Rantai penularan juga dapat diputus melalui pelacakan kontak dan karantina," ujar Leo Yee Sin.
Sejauh ini belum ada vaksin yang secara spesifik mencegah infeksi cacar monyet.
Namun, vaksin Variola smallpox 85 persen berpotensi untuk mencegah cacar monyet.
Mengingat hal itu, WHO menghimbau masyarakat agar menghindari kontak dengan primata dan hewan pengerat.
Selalu gunakan pakaian pelindung, seperti sarung tangan ketika bersentuhan dengan hewan yang diduga membawa virus cacar monyet, khususnya hewan primata.
Pasalnya, menyebabkan komplikasi serius seperti paru-paru basah (pneumonia) bahkan kematian.
SUMBER