MATARAM - Kawasan strategis Teluk Saleh, Pulau Moyo, dan Tambora (Samota) di Nusa Tenggara Barat (NTB) ditetapkan sebagai biosphere reserve atau cagar biosfer dunia di bawah jaringan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), merujuk pada hasil pertemuan The 31st session of the Man and the Biosphere Programme International Coordinating Council, Senin (17/6) di Paris, Perancis.
"Pertemuan kali ini akan menetapkan Samota (Saleh, Moyo, Tambora) sebagai cagar biosfer dunia (biosphere reserve) sehingga menjadi cagar biosfer ke 16 di Indonesia dan ke 2 di NTB, setelah Rinjani yang ditetapkan (sebagai cagar biosfer) tahun lalu," jelas Wakil Gubernur NTB, Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah, Selasa (18/6) saat dihubungi MandalikaPost.com dari Mataram.
Wakil Gubernur NTB, Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah menjadi salah satu dari lima pimpinan delegasi yang mewakili Indonesia dalam agenda sidang hari pertama The 31st session of the Man and the Biosphere Programme International Coordinating Council di Paris, Perancis Senin (17/6). Wagub didamping oleh Kepala Biro Humas dan Protokoler Setda Provinsi NTB, Najamuddin Amy.
Selain Wagub NTB, empat delegasi lain yang hadir adalah Direktur Jenderal Konservasi Alam Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) Kementerian LHK, Ir Wiratno, Ambassador of Permanent Delegation of the Republic of Indonesia to UNESCO, Surya Rosa Putra, Direktur Eksekutif Indonesian MAB Programme National Committe LIPI, Prof Dr Ir Y Purwanto, dan Gubernur Sulawesi Tengah, Drs H Longki Djanggola.
"Penetapan kawasan Rinjani dan Samota sebagai cagar biosfer sangat membantu pemerintah dan masyarakat NTB dalam bersama-sama mewujudkan sustainable development goals," kata Wagub Rohmi.
Ia memaparkan, selain menetapkan Samota sebagai cagar biosfer, pertemuan di Paris itu juga menunjuk NTB sebagai tuan rumah 13rd South East Biosphere Reserve Network (SeaBRnet) atau pertemuan jaringan cagar biosfer Asia Tenggara, yang akan diselenggarakan pada tahun 2020 mendatang.
"Insya Allah tahun depan (2020) Lombok, NTB akan jadi tuan rumah 13th South East Biosphere Reserve Network," katanya.
Sementara itu, dalam rilis tertulis Karo Humas dan Protokoler Setda NTB, Najamuddin Amy memaparkan, berdasarkan hasil pertemuan Paris tersebut, dua cagar biosfer di NTB yakni Rinjani dan Samota dianggap penting karena menjadi laboratorium untuk pembangunan berkelanjutan dengan memberdayakan komunitas lokal, untuk menghadapi tantangan global.
“Catatan tersebut juga relevan untuk NTB yang saat ini sudah resmi memiliki dua cagar biosfer. Tentu saja kita berharap bahwa dua cagar biosfer ini bisa memberikan dukungan bagi NTB untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals,” tambah Najamuddin.
Najamuddin mengungkapkan, pada pertemuan tersebut juga disebutkan tiga karakteristik utama dari cagar biosfer. Salah satunya adalah mencapai tiga fungsi yang saling berkaitan, yaitu fungsi konservasi, fungsi pembangunan dan pemasok kebutuhan pokok. Cagar biosfer juga dicirikan dengan adanya upaya untuk melampaui zona konservasi tradisional yang biasanya hanya bersifat terbatas.
Upaya ini dibangun melalui skema zonasi yang diselaraskan. Menggabungkan area inti yang dilindungi dengan zona di mana pembangunan berkelanjutan dipupuk oleh penduduk lokal dan perusahaan dengan sistem tata kelola yang sering sangat inovatif dan partisipatif.
“Cagar biosfer juga akan melibatkan pendekatan melalui para pemangku kepentingan yang beragam, dengan penekanan pada keterlibatan komunitas lokal dalam tata kelolanya,” kata Najamuddin.
Saat ini, ujarnya, terdapat 686 cagar biosfer yang tersebar di 122 negara di seluruh dunia. 16 diantaranya berada di Indonesia, dan dua diantaranya ada di NTB.
Mengutip hasil pertemuan tersebut, Najamuddin mengatakan bahwa Cagar biosfer adalah perangkat untuk mencegah ancaman berkurang atau punahnya spesies-spesies yang menjadi khazanah kekayaan bumi.
“Dan kami selaku Pemprov NTB berpendapat, kesimpulan-kesimpulan dan catatan-catatan dalam pertemuan ini, sangat selaras dengan visi-misi dan program-program pasangan Dr H Zulkieflimansyah dan Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah (Gubernur dan Wagub NTB). Insya Allah ini menjadi bukti bahwa saat ini NTB sedang berada di jalur yang tepat untuk menjadi daerah yang berkembang, tanpa harus merusak keseimbangan alam dan manusia,” tukas Najamuddin. (*)